My Favorite Travel Quotes

"The world is a book and those who do not travel read only one page - St. Augustine", "I have found out that there ain't no surer way to find out whether you like people or hate them than to travel with them - Mark Twain", "If the traveler can not find master or friend to go with him, let him travel alone rather than with a fool for company - Budha", "Traveling is about the journey not the destination - Anonymous", "Traveling brings love and power back to your life - Rumi".

Kamis, 14 April 2011

Trip to Bangka


Kepulauan BABEL selain terkenal dengan hasil tambang timahnya, juga terkenal dengan keindahan pantainya. Terutama sejak booming film Laskar Pelangi beberapa tahun lalu. Saya pun penasaran ingin membuktikan keindahan pantai-pantai disana yang konon katanya masih alami belum tereksploitasi. Beneran gak sih, jangan-jangan Cuma katanya aja nih.
Akhir Desember 2010 saya berkesempatan mengunjungi pulau timah tersebut. Kebetulan ada promo fare yang cukup bagus dari Garuda Air. Perjalanan menempuh waktu kurang lebih satu jam saja. Pesawat mendarat di Bandar Udara Depati Amir kota Pangkal Pinang. Dari sana perjalanan dilanjutkan lagi dengan kendaraan darat menuju Sungai Liat yang berjarak kurang lebih hampir 3jam. Sekilas kota di Tanjung Pinang mirip dengan daerah di Sukabumi kota.
Aah akhirnya saya tiba dikediaman Dato. Setelah melepas kangen dengan keluarga dan istirahat sejenak, kunjungan ke tempat-tempat yang sudah saya incar sejak dua bulan sebelumnya segera dimulai.
Hari Pertama tempat pemandian air panas Tirta Pemalih dan Kebon Binatang Pemalih menjadi tempat tujuan pertama. Tempat pemandian air panasnya hampir mirip dengan di Ciater, Bandung. Hanya saja lebih kecil ukurannya. Kebun binatangnya juga tidak terlalu banyak binatang, Cuma saya agak kagum dengan buaya-buaya rawanya yang berukuran besar-besar dan keliatan gemuk.
Selanjutnya “Safari Pantai” hhmm…ini yang sudah saya nanti-nanti sejak lama.
Pantai Matras. Pantai yang wajib didatangi bila berkunjung ke Bangka. Pasir putihnya halus dan lembut sekali. Tak salah jika pantai ini dinamakan matras, berbaring diatas pasirnya serasa tidur diatas matras yang empuk. Suerrr ini gak lebay loh!
Pantai Tanjung Pesona. Salah satu pantai yang sudah dikelola dengan baik. Ada resort untuk tempat menginap. Waktu saya kesana lumayan ramai dikunjungi wisatawan lokal. Wismannya belum terlihat banyak.
Pantai Batu Berdaun. Pasirnya tidak sehalus pantai Matras dan kurang tertata apik seperti pantai Tanjung Pesona.
Pantai Teluk Uber. Karena sudah diburu waktu, saya tidak menyempatkan diri menginjakkan kaki di pasir pantainya. Hanya sempat melewati saja. Tak apalah, yang penting sudah mengunjungi.
Salah satu pantai yang dengan teramat menyesal saya lewatkan justru pantai yang paling terkenal disana. Yup, Pantai Parai Tenggiri. Untuk malam pergantian tahun, pengelola pantai Parai Tenggiri mematok harga KTM yang selangit. Tiga ratus lima puluh ribu hanya untuk melihat pantai di kegelapan malam saja! Rasanya gak wise kalo mengeluarkan biaya sebesar itu hanya untuk menghirup udara pantai Parai Tenggiri. Secara malam pula, apa yang mau dilihat? Saya memutuskan untuk melewatkan malam pergantian tahun di pusat jajanan Eat & Eat, di salah satu sudut kota. Dimana malam itu Gubernur Bangka akan turut hadir berpesta bersama warga. Selain hiburan dari artis-artis lokal, atraksi barongsai ikut serta memeriahkan malam pergantian tahun. Mayoritas penduduk di pulau Bangka memang keturunan Chinese. Dan hebatnya antara penduduk pribumi dan Chinese dapat hidup harmonis berdampingan. Contoh nyata toleransi beragama yang indah.
Hari kedua di Bangka. Subuh-subuh Dato mengajak saya mandi di pemandian air panas Tirta Pemalih. Bermodalkan koneksi dan berakrab ria dengan penjaga, kami diperbolehkan masuk tanpa beli tiket hehehe… Selesai mandi, Dato mengajak kami ke tempat penambangan timah dan perkebunan karet miliknya. Kagum sekaligus sedih. Kagum dengan kekayaan sumber daya alamnya, sekaligus miris karena banyak bekas galian tambang yang dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya reklamasi.
Selain wisata bahari, rasanya sayang kalau tidak menyempatkan untuk wisata rohani juga. Saya menyempatkan mengunjungi salah satu klenteng kecil di daerah Pemalih dan mengunjungi taman wisata rohani umat Budha Mahayana di Sungai Liat. Mungkin saat ini jalan menuju tempat tersebut sudah selesai dibangun. Pada saat saya kesana, amboiii..penuh perjuangan. Berjalan kaki menanjaki  jalan terjal sepanjang 2KM. Tetapi lelah dan capek terbayar tunai diatas sana. Serasa berada di negeri China. Okelah, gak sia-sia perjuangan saya.
Bangka tidak hanya terkenal dengan wisata baharinya, tetapi juga wisata kulinernya. Pilihan saya adalah Lempah Kuning, makanan khas bangka. Daging iga yang dimasak dengan kuah kuning plus daun kedondong. Seumur hidup baru kali itu saya makan daun kedondong, ternyata rasanya tidak sengeri yang saya bayangkan (yg ada dibayangan saya adalah sepet-sepet pait). Selain lempah kuning ada juga makanan khas Bangka yaitu pantiaw sejenis kwetiau rebus yang diberi toge dan perasan jeruk limau. Yang gak kalah unik adalah pempek Bangka. Pempeknya lembut dan gurih dimakan bersama kuah tauco bukan kuah cuka hitam seperti pempek Palembang. Belum lagi martabak Bangkanya yang terkenal. Serius, 3 hari di Bangka bobot saya naik beberapa kilo karena dimanjakan oleh makanannya yang enak-enak.
Hari terakhir di Bangka. Menyempatkan kembali mandi air panas subuh-subuh. Setelah itu berkemas-kemas meninggalkan keluarga di Bangka dengan kenangan indah yang gak akan pernah saya lupakan. 3 hari di Bangka terasa kurang, karena masih banyak sekali obyek-obyek wisata yang belum saya jamah. Mudah-mudahan tahun ini masih ada sisa cuti untuk berlibur kembali di Bangka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar