My Favorite Travel Quotes

"The world is a book and those who do not travel read only one page - St. Augustine", "I have found out that there ain't no surer way to find out whether you like people or hate them than to travel with them - Mark Twain", "If the traveler can not find master or friend to go with him, let him travel alone rather than with a fool for company - Budha", "Traveling is about the journey not the destination - Anonymous", "Traveling brings love and power back to your life - Rumi".

Sabtu, 03 Desember 2011

Hongkong - Macau

Hongkong

Victoria Peak
Liburan yang agak nekat kali ini. Dibilang nekat karena ini pertama kalinya saya mengambil cuti panjang untuk berlibur. Boleh dong ya sesekali memanjakan diri sendiri. Meskipun pada prakteknya hampir setiap malam saya mengecek email untuk memantau kerjaan. Iiiih tetep ya sob, gak bisa tenang juga liburannya. Ya sudahlah daripada gak dikasih cuti.

Hari pertama tiba di Hongkong sudah hampir tengah malam. Dari Hongkong International Airport di Lantau Island, saya pergi menuju Hongkong Island dengan menggunakan MTR (sejenis MRT di Singapura). Guest House yang saya tempati berada di area komersil yang happening banget, namanya Causeway Bay. Guest House ini diapit oleh jejeran butik-butik ternama. Berhubung teman saya mau menjemput rekannya di airport, saya dipercaya untuk keliling sekitar Guest House sendirian dengan catatan: jangan sampai hilang arah ya. Jam 11 malam di Hongkong rupanya tidak mematikan semangat hang out warga Hongkong. Semakin malam malah semakin ramai. Sepertinya abege-abege di Hongkong sudah terbiasa gaul sampai larut malam. Banyak anak-anak remaja yang dandanannya modis-modis seliweran dijalan-jalan. Seneng banget, seperti masih sore aja rasanya. Saking keasikan jalan kesana kemari, akhirnya saya tersesat! luar biasaaa.... hari pertama tiba di Hongkong langsung nyasar. Saya mencoba menyusuri jalan, mengingat-ingat lokasi Guest House tetapi gak ketemu juga. Mungkin karena sudah lelah akibat perjalanan panjang dari Bogor menuju Hongkong (alasan aja ya) dan faktor panik (ini lebih tepat) saya melintasi jalan yang sama berkali-kali. Akhirnya Tuhan mengirim seorang warga Hongkong yang baik hati untuk menolong saya mengantarkan sampai ke tempat Guest House. Gak hanya itu, Jay (semoga spellingnya betul) juga menemani saya menunggu sampai teman kembali dari airport. Alhamdulillah... makin percaya kalau kita berbuat baik pasti ada yang akan menolong disaat kita susah. Oya, selagi nyasar sempet-sempetnya lho saya mampir ke Victoria Park yang terkenal itu. Konon katanya di Taman Victoria ini setiap hari Sabtu/ Minggu penuh oleh pekerja-pekerja dari Indonesia. Suasananya seperti di Indonesia banget deh, banyak yang berbicara dalam bahasa Jawa.

Salah satu dari 50 hal yang wajib dilakukan oleh seorang traveller adalah Harbour Cruise di Pelabuhan Victoria  dari Central menuju Tsim Tsa Tsui dengan menggunakan double decker Shinning Star Fery. Sepanjang perjalanan sekitar kurang lebih 15 menit, penumpang disuguhi pemandangan gedung-gedung perkantoran di Hongkong yang menjulang tinggi. Suasananya lebih indah lagi dimalam hari karena lampu-lampu disetiap gedung menyala berwarna warni. Setiap pukul delapan malam, ada pertunjukan "Symphony of Light" dimana setiap gedung memainkan lampu-lampu gedung dan sinar laser secara bergantian. Pertunjukkan ini dinanti-nanti oleh banyak orang yang menyemut disekitar Avenue of Stars. Buat single traveller gak usah khawatir kesulitan mengabadikan keindahan pemandangan gedung-gedung tinggi dengan lampu-lampunya yang cantik. Dengan membayar HK$6 sudah bisa mendapatkan 1 buah foto ukuran 7R dengan background gedung-gedung indah. Jasa tukang foto ini tersedia disepanjang Star Avenue. Mereka sudah paham banget spot-spot yang bagus untuk diabadikan sebagai latar foto.

Hongkong kota yang luar biasa padat dan dinamis sekali. Setiap orang lalu lalang dengan gerakan yang cepat. Buat orang yang bertubuh mungil seperti saya, cukup kerepotan juga mengimbangi gerakan jalan mereka yang menurut ukuran saya, bukan "berjalan" tetapi "terbang!" Meskipun begitu, orang-orang Hongkong taat banget dengan aturan, utamanya ditempat umum. Menyeberang jalan dilakukan hanya jika lampu untuk pejalan kaki berwarna hijau dan tidak ada sampah dijalanan.

Selama di Hongkong untuk mempermudah transportasi, sebaiknya membeli kartu Octopus. Kartu Octopus adalah sejenis kartu yang bisa digunakan untuk naik MTR, fery, bis, kereta trem, menelefon atau bahkan membeli minuman. Kartu dengan nilai paling minimum harganya sekitar HK$150 atau setara dengan Rp180,000. Dengan kartu Octopus senilai HK$150, saya sudah bisa berkali-kali naik MTR, 3x naik fery (mumpung disini), naik bis (lupa berapa kali), naik kereta trem (2x) dan rasanya masih ada sisa saldonya tuh. Asik kan, daripada berkali-kali beli single journey ticket, merepotkan.

Selama di Hongkong, gak begitu banyak sih yang saya kunjungi. Lebih banyak mencoba berbagai macam alat transportasi disana. Mulai dari MTR, bis, feri, kereta trem dan taksi tentunya. Beberapa tempat yang sempat saya kunjungi selama di Hongkong adalah: Victoria Park (secara tidak sengaja akibat tersesat), Avenue of Stars, tempat artis-artis Hongkong diabadikan cap tangan dan nama mereka. Disini juga terdapat patung Master Kungfu legendaris, Bruce Lee. Victoria Peak yaitu tempat memandang kota Hongkong dari atas bukit. Cantik sekali pemandangannya. Lan Kwai Fong, kawasan yang happening banget untuk hangout dan cari makan. Di Lan Kwai Fong ini saya menemukan restaurant Thailand yang apik banget rasanya. Memang susah yaa kalau sudah hobi sama masakan Thailand. jauh-jauh ke Hongkong yang dicicipi malah masakan Thailand hehehee...

Dua hari berkeliling di Hongkong rasanya sudah cukup meskipun gak begitu banyak tempat-tempat wisata yang saya kunjungi. Paling tidak, saya sudah melakukan hal-hal yang wajib dilakukan seorang traveller jika berkunjung ke Hongkong. Apa saja itu? yang pertama: melakukan Harbour Cruise kemudian menyaksikan Symphony of Light, berkunjung ke Victoria Peak dan mengunjungi kawasan Star Avenue. Sisanya kapan-kapan lagi deh. Hari ketiga, saya berpindah tempat menuju Macau.

Macau, City of God

Roman Amphitheater, Macau
Tanggal 15 Juli 2005, UNESCO menjadikan Pusat sejarah Macau sebagai situs warisan dunia ke-31 di China. Pusat Sejarah Macau adalah sebuah lokasi di dalam kota kuno Macau yang meliputi 8 Square: Barra Square, Lilau Square, St. Augustine’s Square, Senado Square, Cathedral Square, St. Dominic’s Square, Company of Jesus Square dan Comões Square, dan 22 gedung bersejarah: Kuil A-Ma, Barak Moor, Mandarin’s House, Gereja St. Lawrence, Gereja dan Seminari St. Joseph, Teater Dom Pedro V, Perpustakaan Sir Robert Ho Tung, Gereja St. Augustine, Gedung ‘Leal Senado’, Kuil Sam Kai Vui Kun , Holy House of Mercy, Katedral, Mansion Lou Kau, Gereja St. Dominic, Ruins of St. Paul’s, Kuil Na Tcha, sebagian dari Tembok Kota Lama, Benteng Gunung, Gereja St. Anthony, Casa Garden, Pemakaman Protestant, dan Benteng Guia (termasuk Kapel Guia dan Mercu Suar). Daftar ini termasuk peninggalan arkeologi universitas bergaya barat pertama di Timur Jauh yaitu Universitas St. Paul, gedung-gedung yang masih berfungsi sesuai tujuan awal didirikannya seperti teater gaya barat pertama dan mercu suar modern pertama di China, dan contoh-contoh dari rumah-rumah milik mendiang pedagang-pedagang Qing. (sumber: http://id.macautourism.gov.mo/index.php?option=com_content&view=category&id=47&layout=blog&Itemid=76). Karena banyaknya situs religi bersejarah yang ada disini, Macau juga dikenal dengan sebutan City of God.

Perjalanan menuju Macau ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan kapal Ferry. Harga tiket dari Central Ferry Terminal menuju Macau Ferry Terminal adalah HK$150 untuk 1 orang. Saya tiba malam hari di Macau dan agak terlantar karena gak booking hotel sebelumnya. Hotel yang direkomendasikan dalam buku perjalanan ternyata sudah fully booked. Untungnya tidak jauh dari lokasi tersebut, ada Guest House yang masih memiliki sisa kamar untuk ukuran keluarga. Daripada gak ada sama sekali ya sudah diambil saja.

Setelah meletakkan barang-barang, saya mencari makan malam di sekitar jalan menuju Senado Square. Entah gimana prosesnya, tiba-tiba saja saya menemukan restaurant Fat Siu Lau. Wah saya merasa beruntung sekali menemukan restaurant ini. Bukan hanya cita rasa masakan ala Portugisnya yang membelai lidah, tetapi sejarah restaurant ini luar biasa sekali. Ini menambah nilai restaurant Fat Siu Lau dimata saya.

Restaurant Fat Siu Lau adalah restaurant yang menyajikan menu barat ala Portugis. Restaurant ini pertama kali didirikan tahun 1903 di Trav. Do Matadouro, Macau yang kemudian di relokasi ke Rua da Felicidade tempat yang saya kunjungi malam itu. Tahun 2006, Restaurant Fat Siu Lau 2 didirikan di Lan Kwai Fong dan tahun 2009 Cafe Fat Siu Lau 3 didirikan di Rua do Regedor 181-185 R/C, Taipa, Macau. Menu spesial dari restaurant ini yang terkenal adalah Burung dara panggang (dengan ramuan bumbu rahasia yang sudah berusia 100 tahun), kari kepiting dan ayam Afrika. Saat ini restaurant Fat Siu Lau yang sudah berusia lebih dari 100 tahun dijalankan oleh generasi ke 3 dan ke 4 dari keluarga Mr. Wong Man Sing.

Berkunjung ke suatu negara/daerah rasanya gak lengkap kalau tidak mencicipi makanan khas setempat. Malam itu saya mencoba menu Ayam Afrika dan Portuguesse Vegetables Soup. Ayam Afrika merupakan ayam panggang yang diberi bumbu khas Afrika, disajikan dengan irisan buah peach, zaitun dan nenas. Sedangkan Portuguesse Vegetables Soup adalah sejenis sayuran yang terdiri dari kentang, kubis dan sayuran hijau dengan bumbu kari yang lebih ringan. Pokoknya sangat recomended untuk dicoba. Benar-benar beruntung menemukan restaurant bersejarah ini.

Selesai makan malam, saya berjalan menuju Senado Square. Malam itu meskipun sudah larut Senado Square masih ramai dipenuhi pengunjung. Menyusuri Senado Square dimalam hari sangat menyenangkan. Gedung-gedung tua terlihat romantis disinari lampu-lampu. Saya berjalan menyusuri hingga Ruin St. Paul. Waahh indah bangeeettt, suasananya benar-benar damai. Fasad Ruin St. Paul terlihat kokoh berdiri meskipun bagian belakangnya sudah tidak ada sama sekali. Ah saya harus kembali lagi besok siang untuk melihat Ruin St. Paul dalam keadaan terang. Sambil berjalan pulang kearah penginapan, saya menyempatkan diri melihat Hotel dan Kasino Lisboa yang terkenal itu. Waah rupanya banyak juga wisatawan yang malam itu sengaja berkunjung ke Avenida De Lisboa untuk melihat gemerlapnya lampu-lampu dari Hotel dan kasino Lisboa yang membuat atraksi tata lampu gedungnya. Cuma ada satu kalimat, luar biasa....

Pagi hari di Macau ternyata tidak sedingin di Hongkong. Cuaca Macau rupanya lebih bersahabat dan tidak terlalu windy. Tujuan hari ini adalah berkeliling kota Macau. Roman Amphitheater yang terletak di area Fisherman Wharf Macau, Avenidas da Amizade & Dr. Sun Yat Sen menjadi tempat pertama yang kami singgahi. Roman Amphitheater adalah bangunan multifungsi yang seringkali digunakan untuk berbagai event di Macau dan masih digunakan hingga saat ini. Menyusuri komplek Fisherman Wharf Macau juga mengasikan. Bangunan-bangunan yang ada didalamnya memiliki gaya Eropa neo klasik, rasanya saya seperti tengah berada di Eropa saat itu. Salah satu Kasino yang ada di dalam komplek Fisherman Wharf ini adalah Babylonia Casino yang memiliki arsitektur gaya Mesir kuno. Hmmm... jadi kepengen tau, apakah para petugasnya menggunakan kostum ala Mesir juga gak yah?

Siang itu saya juga mencoba rute bis yang rupanya mengarah ke Taipa dan tanpa sengaja malah menemukan cabang dari Cafe Fat Siu Lau ke 3. Kota Taipa nyaman sekali, rumah-rumahnya tertata dengan rapih bahkan sampai kedalam gang kecil sekalipun. Rasanya saya akan betah tinggal di kota ini. Sejuk dan damai banget terasanya. Menyenangkan duduk-duduk dibangku taman kota sambil menikmati pemandangan orang lalu lalang dan melihat deretan toko kue-kue khas Macau. Siang itu saya makan disalah satu restaurant Jepang yang ada di jejeran toko-toko kue. Saya baru menyadari kalau porsi makanan di Macau itu ternyata cukup besar. Jadi, pesan 1 porsi makanan cukup untuk dinikmati buat dua orang. Belakangan saya baru tau juga kalau Restaurant Monster Curry yang saya lihat dideretan toko-toko Taipa ternyata merupakan salah satu recommended resto oleh Claudia Kaunang dalam bukunya Hongkong, Macau, Shenzen. Ughhh nyeseeeel gak sempat nyoba, padahal sudah melihat restaurantnya.

Dari Taipa, saya kembali ke Macau untuk berkeliling bangunan bersejarah yang ada di Senado Square. Yang pertama saya kunjungi adalah Museum Philately Macau. Berkunjung ke museum ini mengingatkan masa kecil saya yang senang mengkoleksi perangko dan ikut bergabung dalam club philately. Koleksi perangko-perangko dan edisi sampul hari pertama yang dipajang bagus-bagus, menceritakan sejarah Macau pada jamannya. Dari museum saya beralih ke Gereja. Gereja St. Dominic adalah salah satu tempat pertunjukkan Macau International Music Festival (MIMF) yang diadakan tahunan. Walaupun memiliki masa lalu yang dramatis (konon katanya pernah terjadi pembunuhan yang dilakukan didepan altar gereja), Gereja St. Dominic kini berfungsi sebagai tempat hening dan berbagai pertunjukkan yang dihadiri oleh hampir setengah juta pecinta musik. Renovasi Gereja St. Dominic memakan biaya sebesar HK$1,000,000 dan biaya perawatan perbulannya sekitar 50,000 MOP (Macao Patacas).


Macau Egg Tarts
Sambil berjalan menuju Reruntuhan Gereja St. Paul atau yang lebih dikenal dengan Ruin St. Paul, saya tergoda untuk mencicipi Egg Tart Macau yang konon katanya terkenal rasanya. Satu potong Egg Tart dihargai 7MOP dan memang benar, rasanya luar biasa. Perpaduan udara dingin dengan pastry hangat yang manis renyah terasa paaaass banget! Egg Tarts ini kue khas Macau yang jadi menu wajib para wisatawan Macau. Pergi ke Macau tanpa mencicipi Egg Tarts sepertinya belum sah. Gereja St. Paul dibangun pada tahun 1602 di samping Jesuit College of St. Paul's, universitas Barat pertama di Asia dimana para misionaris belajar tentang China sebelum bertugas di Ming Court di Beijing sebagai ahli astronomi dan ahli matematika. Konon gereja ini mengalami kebakaran sebanyak tiga kali dan hanya menyisakan dinding bangunan tampak depannya saja.Beberapa sisa-sisa puing bangunan ditempatkan dalam kotak kaca. Pengunjung juga dapat naik keatas Ruin St. Paul dan dari ketinggian gereja, saya dapat melihat gedung hotel Grand Lisboa. Sayangnya karena sudah terlalu sore, Museum Macau tidak dapat saya kunjungi karena jam operasinya tutup pada pukul enam sore. Hari itu saya tutup dengan makan malam di restaurant cepat saji McDonalds karena sudah terlalu malam dan tempat-tempat makanan lokal sudah tutup. Oya, belakangan saya baru tahu kalau didekat tempat penginapan yang saya tempati ada kafe namanya E-Nata. Konon Egg tart buatan kafe E-Nata terkenal paling enak di Macau. Sayangnya malam itu kafe E-Nata sudah tutup. Di Macau toko kue yang terkenal adalah Koi Kei Bakery. Sepanjang pengamatan saya, banyak banget orang menenteng tas plastik dari toko Koi Kei Bakery ini. Produk yang paling terkenal dari Koi Kei adalah Almond Cake (sebenarnya lebih tepat disebut cookies daripada cake). Koi Kei Bakery memiliki jaringan 13 outlet di Macau dan 3 outlet di Hongkong. Waah luar biasa yaa....

Aaah, hari terakhir di Macau. Rasanya saya gak ingin pulang dulu. Masih betah banget disini. Menghirup udara sejuknya yang bersih, berjalan-jalan dikotanya yang rapih atau sekedar duduk-duduk dibangku taman kota sambil melamun. Diam-diam saya menuliskan janji dalam hati kalau suatu saat saya akan kembali lagi ke tempat ini. Dan kali ini dengan persiapan yang lebih baik, sehingga tempat-tempat yang wajib saya kunjungi tidak terlewatkan. Buat teman-teman yang ingin berwisata ke Macau, beli deh bukunya Claudia Kaunang yang membahas soal perjalanannya ke 3 negara Hongkong, Macau dan China dengan budget dua juta rupiah (agak keterlaluan sih menurut saya, karena budgetnya mepet banget). Ulasan Claudia Kaunang untuk wisata di Macau cukup lengkap dan terperinci. Jangan lupa tambahkan informasi dari situs berikut: http://id.macautourism.gov.mo/index.php?option=com_content&view=category&id=47&layout=blog&Itemid=76 . Dengan perencanaan yang cermat, akan lebih menghemat waktu dan tenaga. Gak seperti saya yang bolak balik salah arah naik bis dan banyak tempat wajib yang terlewatkan. Gak apa-apa deh, ini artinya saya harus balik lagi kesana. Selamat tinggal Macau, saya senang berada disana. Someday saya akan kembali untuk menuntaskan tempat-tempat wajib yang terlewatkan dan mencoba naik becaknya. Macau diam-diam sudah memikat hati saya yang memang sejak dulu menyukai hal-hal berbau sejarah. Saya terkesan sekali dengan kota Macau yang banyak menyediakan fasilitas publik untuk warganya. Dimana-mana saya jumpai taman kota dilengkapi dengan bangku-bangku taman, bersih dan rapih. Ehya dengar-dengar saking makmurnya, pemerintah Macau setiap tahun memberikan angpao untuk warganya sebesar 7,000MOP! waaah baik sekali ya.

Saya kembali naik fery dari Macau fery Terminal menuju Kowloon Fery terminal (harga tiket HK$139), untuk kemudian terbang menuju Singapura (transit saja) dan lanjut ke Jakarta. Kok ribet banget siih? kenapa gak langsung aja Macau-Jakarta atau Macau-Hongkong-Jakarta? hehehe iya niih, salah beli tiket! hahahhaa.... what a trip!

Kamis, 17 November 2011

Terdampar di Singapura

Merlion Statue
(Pic. courtessy of Armaidy)
Setelah dua kali reschedule tiket yang sudah dibeli sejak kuda gigit besi (baca: lama banget), akhirnya mau gak mau awal Oktober saya harus berangkat juga ke Singapura. Teman perjalanan yang sedianya ikut serta (iih basi banget yaa bahasanya) mendadak ada meeting sore itu sampai malam daaann...dengan sangat terpaksa membatalkan kepergiannya, ditambah baru tahu juga kalau dirinya sedang hamil muda. Tadinya sih mau cancel juga, tapi bisa-bisa diamuk dua orang teman lainnya yang sukses dikomporin untuk rubah tujuan liburannya dari Belitung ke Singapura hihihii.....maaf ya teman, tapi gak nyesel kan lo ikut kesini.

Hari pertama saya mengunjungi Museum China Town. Museum ini menceritakan bagaimana bangsa China bisa mendarat di Singapura. Kebanyakan dari para pendatang datang dengan menggunakan perahu dan bekal seadanya. Luar biasa banget perjuangan mereka untuk bisa sampai di Singapura dan bertahan hidup. Dari China Town saya berjalan ke arah Clarke Quay untuk mencoba River Cruise. Bagus juga meskipun gak sebagus River Cruise di Bangkok. Selama perjalanan, wisatawan diputarkan film tentang sejarah sungai Singapura dan asal muasal daerah sekitar sungai Singapura yang dahulu merupakan pusat perdagangan. Kafe-kafe yang ada disepanjang sungai Singapura dahulunya merupakan gudang-gudang perdagangan.

Makan siang di Mc Kenzie Rex di Prinse St. bareng 4 orang sahabat saya. Dua diantaranya permanent stay di Singapura, jadi urusan jalan-jalan gak usah khawatir sudah ada pemandu yang handal. Selesai makan siang, Marina Bay Sand jadi tujuan selanjutnya. Awalnya kita mau buka kamar disini tapi berhubung waktunya cuma sebentar dan dua orang sahabat saya baru pertama kali ke Singapura, rasanya sayang juga kalau waktunya habis di Marina Bay Sand saja. Sebelum makan malam, kami sempat mampir ke China Town buat cari oleh-oleh. Urusan cari oleh-oleh ternyata gak cukup sejam aja, karena sahabat saya ini galau banget kalau gak bisa menemukan oleh-oleh yang pas buat teman-teman dekatnya di kantor, plus sogokan buat bos atas terbitnya ijin "sakit" :p 

Ingin mencoba berbagai macam masakan suku etnis yang ada di Singapura? cobain deh datang ke Lau Pa Sat. Disini digelar aneka macam makanan khas berbagai suku etnis yang tinggal di Singapura. Mulai dari masakan India, Malaysia, China hingga Singapura sendiri. Malam itu kami mencoba makanan hampir dari semua negara. Hasilnya, kenyang gak jelas hahahahaa....

Keesokan harinya kami sarapan di Kampong Gelam, mie rebusnya enaaaak...kuahnya seperti kare gitu agak-agak kental penuh bumbu dengan perasan jeruk lemon cui. Rasanya manis, gurih, asem segeeerr. Di Kampong Gelam, terdapat Masjid Agung (lupa namanya) dan waktu kami kesana, pas lagi ada yang menikah. Jadi kami sempat lihat sedikit prosesi si cowok datang ke Masjid untuk menemui ceweknya. Mirip-mirip adat Melayu, diiringi gambus dan shalawat nabi. Disekitar Kampong Gelam juga ada museum Melayu yang sayangnya saat itu sedang tutup karena dalam renovasi.

Dari Kampong Gelam kami menuju Kuil Kaarakuikudi. Kuil ini merupakan tempat ibadah bagi orang India yang memeluk agama Hindu yang vegetarian maupun non vegetarian. Saya baru tahu kalau kuil itu ada yang dibedakan berdasarkan vegetarian dan non vegetarian. See, selalu ada hal baru setiap kali kita pergi travelling baik itu didalam negeri maupun diluar negeri. Hari itu sedang ada perayaan Diwali kalau gak salah sih, jadi kuil lumayan ramai dikunjungi. Dan etika mengunjungi tempat ibadah adalah tidak mengambil foto didalam tempat ibadah, hal tersebut dilakukan untuk menghormati pengunjung yang sedang melakukan ibadah.

Kata orang ke Singapura kalau belum datang ke Orchard Road belum sah! jadi, untuk mensahkan kedatangan dua orang sahabat saya yang baru pertama kali ke Singapura, kami sempatkan datang kesana. Belanja-belanja sedikit habis itu cuss berangkat lagi ke....Universal Studio! Tempat ini sih sebetulnya lebih cocok untuk abege-abege tanggung yang masih senang dengan permainan pacu jantung. Untuk kami-kami yang sudah sedikit lebih dewasa *uhukk* sepertinya kurang pas. oya, bocoran aja nih buat yang mau jalan-jalan ke Universal Studio, cek dulu jadwal 50% off tiket masuknya yang biasanya diadakan pada hari Jumat (gak setiap minggunya). Lumayan kan potongan harganya.

Sambil menunggu jadwal Song of Sea yang mulai pukul 7 malam, kami pilih muter-muter sekitar Sentosa aja. Sempat nyoba masuk ke Kasino yang ada disitu. Untuk turis masuknya gratis dengan memperlihatkan passpor, untuk lokal dan permanent stay kena charge 100 dollar Sin. Berhubung salah satu teman saya yang sudah permanent stay disana adalah exclusive member Kasino, jadi dia bisa masuk tanpa bayar. Didalam Kasino cuma lihat-lihat aja sih, gak ada keinginan untuk nyobain. Takut gak bisa balik ke Indonesia hahahaha...

Ini kedua kalinya saya menyaksikan pertunjukan Song of The Sea dan gak pernah merasa bosan. Teknik dan special effect yang digunakan untuk memunculkan sinar laser, gambar, letupan api sampai hembusan air mancurnya bener-bener baguuuusss banget. Jadi berhayal kira-kira di Ancol bisa gak yah dibuat seperti itu? kalau bisa, kan gak usah jauh-jauh ke Singapura hanya untuk melihat pertunjukan seperti itu.

Jalan-jalan hari itu ditutup dengan berfoto di depan Merlion, ini wajib hukumnya buat turis yang datang ke Singapura daaan makan durian! saya yang biasanya tahan dari godaan durian, malam itu bobol pertahanannya. Eh lupa, masih ada nasi lemak Ponggol yang kedainya terletak di Tanjung Katong menanti giliran. nasi lemaknya lekkeerrrr! Malam itu saya agak-agak gak bisa tidur sih karena kekenyangan. Benar-benar hari yang luar biasa. Capeknya....dan senangnya. Selalu senang bisa bertemu dengan sahabat-sahabat terbaik dan kesenangannya menjadi ganda karena sambil jalan bareng-bareng.

Akhirnya, tanggal 10 Oktober 2011 waktunya pulang lagi ke Indonesia. Kembali ke rutinitas masing-masing. Ada yang sibuk dengan trainingnya, sibuk di departemen HRD, sibuk ngurus eventnya, sibuk dengan program-program komputer dan kesibukan sebagai Ratu rumah tangga. Terimakasih banyak Sanny dan Ikhsan for being such good hosts. We really had a great time. Kapan-kapan kita jalan bareng lagi yaaa...

Oya, selama di Singapura saya terkesan banget sama pemerintahya yang perduli dengan fasilitas umum. Manjain banget warganya. Setiap malam minggu ada pertunjukkan light and water spectacular yang bisa ditonton secara gratis. Warganya juga tertib banget buang sampah pada tempatnya, tidak meludah sembarangan (ini yang paling sering dijumpai di Indonesia), dan tidak menyeberang sembarangan (yang ini sudah lumayan tertib di Indonesia). Banyak sekali tempat-tempat publik yang bisa dijadikan tempat berwisata gratis. Bahkan jembatan pun asik buat kongkow-kongkow bareng karena bentuknya yang futuristik banget (jembatan ini terdapat didekat Marina Bay Sand). Tempat buat duduk-duduk santai tersebar diberbagai tempat. Meski Singapura negara yang modern, tapi tetap memikirkan penghijauan dan ruang terbuka untuk warganya, salut deh. Di Jakarta, lahan kosong sedikit langsung diisi sama lapak kaki lima, bahkan pedestrian hak pejalan kakipun tertindas oleh kepentingan berdagang, ironiiiisss....

Banyak hal-hal yang seharusnya bisa diterapkan di Indonesia, seperti River Cruise yang di Clarke Quay. Kayaknya sungai Ciliwung bisa juga tuh membuat River Cruise juga asalkan sampah-sampahnya dibersihkan. Konon, sungai di Singapura dahulu juga penuh sampah dan bau. Perlu waktu 10 tahun untuk mengangkat sampah-sampah dari sungai dan menghilangkan baunya. Tahun 2009 saya ke Clarke Quay sungainya masih agak-agak bau. Tapi kemarin sepertinya gak tercium lagi tuh. Jadi mikir, berapa lama ya waktu yang diperlukan untuk membersihkan kali Ciliwung.

Semoga kita bisa belajar banyak dari negara-negara yang lebih maju. Ambil yang baik-baiknya dan tinggalkan yang buruknya. Asik juga kan kalau ada gondola diatas kali Ciliwung atau danau Sunter.

Beberapa foto-foto hasil jalan-jalan selama di Singapura  bisa dilihat di http://www.flickr.com/photos/aprilianti/sets/72157627795570821/ semua foto adalah hasil karya Armaidy. Di Singapura yang narsis berfoto, pencinta, penikmat dan penggila fotografi bisa puas menyalurkan bakatnya. Sekedar pesan aja nih, kalau jalan-jalan di Singapura jangan lupa bawa selalu charger kameranya. Karena sudah bisa dipastikan, kamera bakalan drop baterainya saking banyak spot-spot bagus untuk difoto.

Jumat, 07 Oktober 2011

Tarian Asmara, Oleg Tamulilingan

 
Tari Oleg Tamulilingan
Dua istilah dalam bahasa Bali, Oleg (goyang) dan Tamulilingan (kumbang), digabungkan untuk menyebut tarian yang diciptakan pada tahun 1952 oleh seniman besar Bali I Ketut Marya atau dikenal juga dengan nama I Mario. Tari Oleg Tambulilingan melukiskan tentang sepasang kumbang , jantan dan betina yang sedang menjalin asmara di taman bunga.
Tari Oleg Tamulilingan diciptakan Marya ketika usianya menapak lebih dari 50 tahun. Di usia senjanya, Marya  asyik memanjakan kegemarannya berjudi sabungan ayam. Ketika ada ajakan kepadanya untuk bergabung dengan sekaa gong Peliatan, Ubud, Gianyar, Marya  tak menggubrisnya dengan alasan dirinya sudah tua. Baru ketika salah satu muridnya, I Sampih, yang memintanya dengan segala bujuk rayu menciptakan sebuah tari baru untuk sekaa gong Peliatan yang akan melawat ke luar negeri, ia tertarik.

Dalam perjalanannya tarian ini menjadi karya seni yang paling digemari hingga saat ini bahkan oleh masyarakat Bali sendiri. Video tari Oleg Tambulilingan bisa dilihat disini http://youtu.be/DOYlNK7AHYg
Tarian ini bisa disaksikan di Bale Banjar dekat Pasar Ubud setiap hari Sabtu mulai pukul 19.30  yang menampilkan beberapa tarian tradisional Bali diantaranya: Oleg Tambulilingan, Legong Kraton, Pendet, Barong dan beberapa tarian lagi.

Saya sendiri dulu seorang penari Bali dan Oleg Tamulilingan adalah tarian favorit saya. Busana tarinya yang indah dilengkapi pernak pernik dari kulit berhiaskan kaca, memendarkan cahaya saat terkena lampu sorot panggung membuat setiap penari Oleg Tamulilingan terlihat cantik seperti kumbang dalam cerita tarian ini.

Yuukk, kita lestarikan budaya bangsa sendiri dengan mengenal dan mencintai tarian tradisional khas setiap daerah.

Ubud, 1 Oktober 2011

3 Tarian Keraton Jogjakarta

 
Tari Golek Ayun-ayun
Menonton pertunjukan tari di Keraton Jogjakarta seakan mampu menghipnotis para penontonnya. Selama 2 jam penonton dengan sukarela duduk diam terhipnotis di kursi masing-masing. Salah satu tarian yang dipertunjukkan adalah Tari Golek Ayun-ayun yang merupakan salah satu ciptaan (Alm) KRT Sasmita Dipura (Romo Sas).

Tarian ini ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan dan biasanya dibawakan oleh dua orang penari. Gerakannya sangat lembut dan penuh makna. seolah sang penari sedang bersolek. Gerakan yang lain juga memperlihatkan seolah ia tengah menyulam.  Balutan baju beludru hitam serasi dipadankan dengan bawahan kain batik putih. Mahkota merak bersayap merah muda tambah mempercantik penampilan sang penari

Tarian ini dapat disaksikan setiap hari Minggu di Pendapa (Bangsal) Sri Manganti, Keraton Jogjakarta dari pukul 10wib sampai dengan 12wib. Biasanya ada tiga jenis tarian yang ditampilkan. Tari Golek Ayun-ayun, Beksan Srikandi Suradewati dan Sendratari Arjuna Wiwaha. Video Tari Golek Ayun-ayun bisa dilihat disini http://youtu.be/aoOW_mB0Af4

Tari Beksan Srikandi Suradewati

Tarian kedua yang dipertunjukkan adalah Tari Beksan Srikandi Suradewati. Tari Beksan ini menceritakan tentang peperangan Dewi Suradewati dengan Dewi Srikandhi yang diambil dari serat Mahabaratha.

Suradewati adalah adik Prabhu Dasalengkara yang ingin menjadikan Dewi Siti Sendari sebagai istrinya, maka Suradewati diutus oleh kakaknya untuk melamarkan Dewi Siti Sendari untuknya. Pada kenyataannya Dewi Siti Sendari telah dijodohkan dengan Raden Abimanyu.



Melihat kenyataan seperti ini, Suradewati tetap memaksa menyunting Dewi Siti Sendari, maka terjadilah perseteruan antara Suradewati melawan Dewi Srikandhi, yang membela Raden Abimanyu.

Dalam peperangan, ternyata Dewi Srikandhi lebih unggul dan berakhir dengan kemenangannya. Video tentang tari Beksan Srikandi Suradewati ini bisa disaksikan disini p://youtu.be/9HBX0OUbY2c

Tari Arjuna Wiwaha
 Tiga tarian diatas sepertinya memiliki kharisma yang mampu membuat para penonton duduk manis selama pertunjukkan. Kalau berkesempatan ke Jogjakarta jangan lupa mampir ke Keraton Jogjakarta untuk melihat tiga tarian ini setiap hari Minggu mulai pukul 10.00wib sampai dengan 12.00wib. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan mencintai dan melestarikan budaya bangsa?

"Jogjakarta, 25 September 2011"

Tarian ini menceritakan ketika Arjuna yang bertapa di Indrakila mengalami berbagai macam godaan. Ia diuji oleh para Dewa dengan mengirim tujuh orang bidadari yang diperintahkan untuk menggoda Arjuna agar gagal dalam pertapaannya.
Namun karena keteguhan hatinya, para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang Brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi.

Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah Batara Siwa.

Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah oleh para Dewa dengan diperbolehkan mengawini tujuh bidadari ini.

Sendratari Ramayana - Candi Prambanan

Rama dan Shinta
 Menyaksikan Sendratari Ramayana di Theater terbuka Tri Murti merupakan salah satu hasrat saya yang sudah lama terpendam. Kenangan sewaktu kecil menyaksikan pertunjukan Ramayana begitu membakas di memory kanak-kanak hingga dewasa.

Sendratari Ramayana atau dikenal dengan Ramayana Ballet merupakan pagelaran yang menggabungkan antara seni drama dan tari yang mengangkat cerita Ramayana. Cerita ini merupakan sebuah legenda yang terpahat indah pada dinding Candi Siwa, salah satu Candi yang ada di kompleks Candi Prambanan.
Sendratari ini mengisahkan tentang Rama yang berusaha menyelamatkan istrinya, Dewi Shinta yang diculik oleh Rahwana, Raja dari negeri Alengka. Cerita Ramayana yang berdurasi 2 jam ini dirangkum dalam lakon 4 babak yang meliputi penculikan Dewi Shinta, misi Anoman (kera putih) ke negeri Alengka, kematian Rahwana dan Kumbakarna dan pertemuan kembali Rama-Shinta.

Kemewahan Candi Prambanan yang menjadi latar, kemewahan tata panggung, keindahan kostum para penari dan koreografi tarian menjadi satu kesatuan yang mampu membius penonton untuk tetap setia duduk dibawah langit terbuka dan hembusan angin malam yang dingin. Sendratari Ramayana ditampilkan setiap hari Selasa, kamis dan Sabtu mulai pukul 19.30wib sampai dengan 21.30wib.

Sungguh suatu karya anak bangsa yang layak untuk diapresiasi. Budaya bangsa yang tinggi nilai seni wajib untuk dilestarikan oleh setiap anak bangsa yang mencintai negerinya.

Jogjakarta, 24 September 2011

Senin, 27 Juni 2011

Garut, Wisata Alam dan Budaya Penuh Pesona



Pemandangan cantik menuju Garut
Sudah lama banget pengen ke Garut, baru kemarin (sabtu, 25 Juni 2011) kesampaian. Hampir 2 bulan saya survey lokasi wisata dan rute kearah Garut. Seperti biasa, sebelum berwisata, saya selalu hunting dulu lokasi-lokasi yang akan dituju supaya gak buang-buang waktu di kota yang dituju. Perjalanan ke Garut melalui tol Cipularang memakan waktu kurang lebih 3jam dengan kecepatan sedang, santai aja karena gak buru-buru juga. Tiba di kota Garut, saya menyempatkan makan di Restaurant Pujasega. Dari luar sekilas restaurant ini kelihatan kecil dan biasa-biasa saja tetapi ternyata didalamnya ada areal yang luas. Pengunjung bisa memilih makan ala lesehan atau duduk dikursi. Rasanya setelah berjam-jam duduk di kendaraan, lesehan adalah pilihan yang pas buat saya. Restauran Pujasega recommended banget buat yang ingin makan dengan suasana pedesaan. Menunya pun bervariasi dan rasanya dijamin enak! terutama menu andalannya paket Nasi Liwet untuk berdua dan jangan lupa pesan tutut kuah kuning juga ya.

Candi Cangkuang
Situs Candi Cangkuang menjadi tujuan pertama wisata yang saya sambangi sore itu. Situs ini terletak di Desa Cangkuang sebelah utara kabupaten Garut masuk Kecamatan Leles. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur. Berdasarkan sejarah, Candi Cangkuang merupakan bangunan suci berkonsep Hindu pada abad ke-7 dan 8 Masehi. Dibangun, tepat di tengah Situ Cangkuang, Garut, Jawa Barat. Candi Cangkuang ditemukan kembali oleh Team Sejarah Leles dan sekitarnya pada tanggal 9 Desember 1966. Persis di sisi selatan Candi Cangkuang, berdiri tegak nisan makan Arif Muhamad, tokoh Islam pertama Kampung Pulo. Lebih unik lagi disamping Candi cangkuang terdapat sebuah pemukiman yang dinamakan dengan Kampung Pulo. Sebuah kampung kecil yang terdiri dari enam buah rumah dan kepala keluarga. Ketentuan ini harus ditepati, dan sudah merupakan ketentuan adat kalau jumlah rumah dan kepala keluarga itu harus enam. Jadi, kalau ada anggota keluarga yang menikah harus keluar dari lingkungan Kampung Pulo. Sayangnya karena tiba disana terlalu sore, gambar situs Candi Cangkuang yang saya ambil kurang maksimal, selain tentunya karena faktor kamera pocket amatiran juga siiihh hehehee.... tapi keuntungannya adalah saya dapat menikmati senja yang romantis di Situ Cangkuang (Danau Cangkuang). Sambil berakit pulang, menyaksikan semburat senja yang indahnya tidak bisa diuraikan dengan kata-kata.

Malam itu, sepulang dari situs Candi Cangkuang saya sempatkan mampir ke pasar malam yang ada di alun-alun kota Garut. Penasaran aja, seperti apa sih pasar malam yang ada di kota Garut. Ternyata yaaa gak beda-beda jauhlah dengan pasar malam-pasar malam yang biasa ada di kota-kota lain. Ada jualan pakaian, makanan dan ini nih yang seru...berbagai permainan ala Dufan! Sebelum beristirahat, saya sempatkan makan malam di Jemanii Cafe. Tempat makan yang berkonsep terbuka, diatas air. Sekilas mirip dengan Segarra Resto di kawasan Ancol.

Kawasan kawah Kamojang menjadi tujuan wisata dihari kedua. Perjalanan menuju kawasan wisata Kawah Kamojang benar-benar menjadi obat mujarab buat mata saya yang lelah sehari-harinya menatap monitor komputer 15inch. Kawah Kamojang adalah sumber panas bumi di Jawa Barat. Dalam sejarahnya, dikenal sebagai gunung berapi yang bernama Gunung Guntur, tapi kawah ini dikelompokkan dalam gunung berapi aktif karena aktivitas panas bumi. Kawasan Kawah Kamojang berbeda dengan Kawah Putih yang berada di Bandung Selatan karena memiliki beberapa titik kawah yang memiliki ciri khas. Karena kekhasannya itulah beberapa titik kawah dinamai berdasarkan suara yang terdengar dari kawah. Seperti Kawah Manuk, dinamai demikian karena dalam satu areal kawah yang terdiri atas beberapa lubang mengeluarkan suara seperti manuk atau burung (bahasa sunda). Kawah Kereta Api dinamai demikian karena mengeluarkan bunyi seperti kereta api disertai sesekali suara peluit. Ada juga Kawah Sakarat karena kawah tersebut berbunyi seperi orang yang sedang sekarat (mau mati).

Sebenarnya masih banyak obyek wisata yang belum sempat saya sambangi karena keterbatasan waktu. Masih ada Pantai Santolo, Situ Bagendit dan lainnya. Tak apa, minimal saya sudah mengunjungi dua obyek wisata paling hapenning di Garut. Next time bisa disusun rencana lagi. Perjalanan pulang Garut menuju Bogor saya tempuh melalui Paseh yang memiliki pemandangan alam cantik tetapi jalannya berkelok dan menurun curam. Rasanya kelokan dan tanjakan Nagrek yang fenomenal itu gak ada apa-apanya dibandingkan dengan tanjakan dan kelokan jalan di Paseh ini. Lepas dari Paseh, masuk ke wilayah Majalaya dan berakhir di pintu tol Mohammad Toha. Mudah banget rutenya, cukup ikuti jalan utama saja sambil sesekali memperhatikan petunjuk arah jalan untuk memastikan tidak salah arah.

Sayang sekali saat saya berkunjung kota Garut sedang tidak ada event adu domba Garut yang terkenal. Sebagai gantinya, saya mencicipi Cokodol, Coklat isi Dodol! hihihii...ada-ada aja ya, saya yang gak begitu suka dodol jadi tertarik juga mencicipi. Seperti biasa foto-foto amatir hasil perjalanan ini bisa dilihat di album jepretan iseng-iseng disini http://www.flickr.com/photos/aprilianti/sets/72157627056248724/





Senin, 06 Juni 2011

Bangkok, The City of Angels

Sawadikap! begitulah sapaan khas Thailand dengan disertai menangkupkan kedua belah tangan didada. Sapaan ini mencakup selamat datang, selamat pagi, selamat siang dan selamat malam. Ini menurut informasi dari Lydia, tourist guide lokal yang menemani kami. Kali ini perjalanan saya adalah ke Bangkok yang berasal dari kata Bang (artinya bagian tengah dari kota/desa yang berada ditepian sungai) dan Makok (artinya tanaman yang menghasilkan buah). Kota Bangkok juga dikenal dengan sebutan Krung Thep Mahanakhon Amon Rattanakosin Mahinthara Yuthaya Mahadilok Phop Noppharat Ratchathani Burirom Udomratchaniwet Mahasathan Amon Piman Awatan Sathit Sakkathattiya Witsanukam Prasit (pfiuuhhhh cukup bikin nafas ngos-ngosan bacanya :D) nama tersebut diberikan oleh Raja Buddha Yodfa Chulaloke dan nama ini terdaftar didalam Guiness Book of Records sebagai nama tempat terpanjang didunia. Sekarang ini Bangkok terkenal dengan sebutan City of Angels. Tiga jam perjalanan dari Jakarta ke Bangkok cukup melelahkan apalagi beberapa kali pesawat yang saya tumpangi mengalami guncangan karena faktor cuaca yang kurang bagus.

Belajar dari kesalahan trip terdahulu, kali ini kamera digital sudah saya isi penuh baterainya dan tidak lupa membawa pula chargernya.....hehehe amaaan deh, bisa foto setiap obyek menarik sepuas hati karena kota ini juga terkenal dengan julukan seribu pagoda.

The Royal Grand Palace
Obyek wisata pertama yang wajib dikunjungi adalah The Royal Grand Palace yang dibangun pada tahun 1782 oleh Raja Rama I. Tempat ini merupakan kompleks tempat tinggal kerajaan, pusat pemerintahan dan kuil Emerald Budha. Daya tarik yang dimiliki oleh Royal Grand Palace adalah kekayaan arsitektur khas Thailand, lukisan-lukisan kuno yang menggambarkan kisah Ramayana, Royal Thai Decoration dan tempat penyimpanan medali kerajaan dan koin sejak abad 11. Kelebihan lainnya adalah di istana ini saya juga dapat melihat secara langsung patung Emerald Budha yang terkenal. Patung Budha yang terbuat dari batu permata hijau (green jade)  ditempatkan didalam temple dengan arsitektur yang tinggi nilai seninya. Patung ini sempat berada di Laos selama 226 tahun. Tetapi pada tahun 1778, Raja Rama I membawanya kembali ke Thailand.  Bangunan lainnya yang ada didalam kompleks The Royal Grand Palace adalah Grand Palace Hall yang merupakan tempat pemberian penghargaan dari Raja Thailand digelar.

Cuaca di Bangkok saat itu sangat panas sekitar 36C, lumayan membuat dehidrasi. Untung sebelumnya pemandu wisata sudah mengingatkan untuk membawa air mineral dalam botol. Selesai berkeliling di komplek The Royal Grand Palace yang ternyata cukup luas saatnya mengisi energi kembali. Apalagi kalau bukan wisata kuliner makanan khas Thailand yang terkenal enak-enak. Kebetulan saya penggila makanan Thailand, utamanya sup Tom Yam. Jadi pas bener deh, manjain perut dan lidah selama disini hehehee.. Lokasi tempat makan terletak di Ramkham Haeng, Sophia Restaurant. Tempat ini sepertinya memang menjadi tempat wajib para turis yang mencari makanan halal. Agak sulit menemukan restaurant halal karena mayoritas penduduk Thailand beragama Budha. Hampir semua masakan yang dihidangkan saya cicipi. Rugi rasanya kalau gak berani mencoba masakan khas Thailand selagi saya disana. Yang agak mengejutkan adalah nanas Thailand. Umumnya nanas di Indonesia rasanya asam manis dan banyak mengandung air, tetapi nanas Thailand rasanya super manis dan tidak berair. So selama 3 hari di Bangkok, nanas selalu masuk dalam daftar menu saya :)

Kegiatan berikutnya setelah early dinner adalah Shopping!! Lydia, pemandu wisata lokal membawa kami ke Siam Paradise Night Bazaar. Ohmigod....barang-barangnya lucu-lucu dan harganya pun gak mahal. Contohnya tempat tissu yang terbuat dari bahan satin dengan sulaman gajah hanya dihargai 100bath atau kurang lebih Rp30,000. Puas keliling dan membeli beberapa cinderamata, saatnya beristirahat ke hotel Twin Towers yang berada di Rong Muang, Patumwan. Lokasi hotel ini tidak terlalu jauh dari Siam Paradise Night Bazaar. Beberapa teman melanjutkan untuk menonton pertunjukan tiger show dengan harga tiket sekitar 700bath. Kalau saya sih pengennya jalan-jalan di sekitar hotel saja tapi karena orang Thailand umumnya tidak mengerti bahasa Inggris sementara saya sendiri gagap bahasa Thailand, terpaksa niat itu disimpan saja. Jangankan untuk keluyuran sekitar hotel, menanyakan lokasi Toilet saja harus dengan bahasa Thailand. Untungnya turis guide kami memberikan bahasa praktis untuk keperluan darurat seperti terimakasih atau Khab Khun, Toilet atau Nong Nam. Yang lucu saya sempat mengucapkan Nong Nam selesai berbelanja, padahal maksudnya mau bilang thank you alias Khab Khun hahahahaa....

Sungai Chao Phraya
Hari kedua adalah mengunjungi sungai Chao Phraya. Chao Phraya artinya sungai raja (River of Kings). Sesuai dengan namanya, Sungai Chao Phraya merupakan sungai terpanjang dan terpenting di Thailand, dengan panjang sekitar 372 kilometer. Sungai ini melintasi 20 provinsi di Thailand dan bermuara di Teluk Thailand. Sungai Chao Phraya merupakan pertemuan dari lima sungai kecil : Sungai Pa Sak, Sakae Krang, Nan, Ping, dan Tha Chin di daerah Nakhon Sawan yang berada di wilayah utara Thailand. Di sepanjang sungai yang membelah Kota Bangkok ini banyak terdapat Kuil Budha (dalam Bahasa Thai disebut Wat) yang cantik dan megah. Menyusuri Sungai Chao Phraya merupakan agenda wajib bagi para turis yang berkunjung ke Bangkok. Dengan naik perahu (kapal kayu) menyusuri Sungai Chao Phraya, dan menyempatkan memberi makan ikan dewa (sejenis ikan patin) dengan roti yang dijual dalam kemasan plastik seharga 20bath. Menyusuri sungai Chao Phraya menuju Wat Arun (Temple of Dawn) merupakan pengalaman yang menyenangkan. Sungai ini membelah kota Bangkok menjadi dua. Sisi kanan adalah provinsi lama dan sisi kiri adalah provinsi baru. Perahu yang kami tumpangi juga melewati jembatan yang dibangun oleh Raja Rama VIII.

Temple of Dawn
Sekitar 30 menit berperahu, kami tiba di Wat Arunratchawararam Ratchaworamahavihara atau disebut juga dengan Wat Arun (Temple of Dawn). Bangunan ini adalah kuil Budha yang terletak di distrik Bangkok Yai di Barat hulu sungai Chao Phraya. Pada awalnya kuil ini dikenal dengan nama Wat Makok (wihara zaitun). Wat Arun sempat menjadi tempat persinggahan patung Emerald Budha setelah direbut kembali dari Laos dan kemudian patung tersebut dipindahkan ke Wat Phra Kaew pada tahun 1784.  Kuil ini merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke kota Bangkok. Kuil ini terlihat indah karena memancarkan kerlap-kerlip ribuan cermin kecil yang menempel di dindingnya. Disini pengunjung juga dapat berbelanja aneka souvenir kerajinan khas Thailand, asesoris, kaos-kaos hingga hiasan dinding. Sepertinya turis Indonesia yang datang ke Wat Arun cukup banyak, beberapa toko memperbolehkan kami membayar dalam mata uang rupiah. 100bath mereka hargai Rp30,000. Saya juga menyempatkan diri untuk berfoto ala gadis Thailand dengan busana khasnya. Gak mahal kok hanya 200bath atau sekitar Rp60,000,- dibandingkan dengan pengalaman saya berfoto ala gadis Bali dengan biaya Rp150,000,-. Usai berkeliling di Wat Arun, kami kembali menyusuri sungai Chao Phraya untuk berkunjung ke Jewellry Manufacturing dan makan siang.

Jewelry Manufacturing yang kami kunjungi adalah milik pemerintah Thailand. Disini pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan perhiasan dengan batu permata yang indah-indah, sayangnya kamera dilarang masuk kedalam. Pengunjung juga bisa menyaksikan film dokumenter dan membeli perhiasan tersebut. Kali ini rombongan serempak hanya numpang lewat saja gak beli perhiasan hahahhaaa.... Selepas cuci mata di show room permata kami menuju Hotel SD Avenue yang terletak di  Borommarat Chacconanni Road untuk makan siang. Kali ini pilihannya adalah International buffet yang ada di Hotel. Tapi tetap saja saya sih mengambil menu khas Thailand yang juga dihidangkan, tak lupa lengkap dengan nanasnya. Selesai makan siang, Bangkok yang juga dikenal sebagai surganya belanja para turis membuktikan sekali lagi eksistensinya sebgai tempat belanja murah. Kali ini kami dibawa menuju Ma Boong Krong biasa disingkat dengan MBK (mal favorit turis Indonesia). Memang benar, Thailand tuh surga belanja. Koper lucu dengan motif polda dot berwarna ungu ukuran kecil dihargai hanya 1,600bath atau sekitar Rp450,000. Padahal dengan model dan ukuran yang sama di Indonesia mencapai Rp1,900,000 ironis banget.

The Royal Dragon Restaurant
Kuliner Thailand memang pantas diacungi jempol (menurut saya loh ya yang penggila kuliner Thailand). Makanya seneng banget waktu kami diajak makan malam di The Royal Dragon Restaurant atau disebut juga Mang Korn Lung Restaurant. Tempat ini tercatat sebagai restoran terbesar di dunia pada tahun 1992 dan tercatat dalam  Guiness Book of World's Record. Saking besarnya restoran ini, pelayannya pun menggunakan sepatu roda untuk membawakan makanan para pengunjung. Makanannya pun semuanya enak. Disini saya mencicipi dessert khas Thailand yaitu ketan mangga. Ketan yang dikukus kemudian disiram santan kental diatasnya dan disajikan dengan potongan mangga yang manis. Rasanya unik banget.... gurih, manis dan segar. Bener-bener puaaass. Selama saya di Bangkok, Tom Yam dan nanas gak pernah lepas dari incaran saya. Sepertinya berat badan nambah beberapa kilo nih akibat lupa diri menyantap kuliner khas Thailand.

Malam itu seusai makan malam di The Royal Dragon, kami kembali ke hotel. Beberapa orang melanjutkan menonton Cabaret Show alias pertunjukan banci-banci Thailand yang terkenal kecantikannya, bahkan melebihi wanita yang asli, hhmmmm bikin jeles aja deh :p. Saya skip aja deh menonton Cabaret Show. Selain gak tega nontonnya badan juga sudah lelah banget. Belum lagi urusan packing oleh-oleh biar muat dalam satu koper. Mungkin karena pengaruh cuaca yang panasnya ekstrim sekali, lelahnya terasa berat banget.

Keesokan harinya, berhubung masih tersisa US Dollar, saya putuskan untuk dihabiskan di toko cinderamata hotel saja. You know what, harga di hotel lebih murah dari belanja di Wat Arun! huh, sumpeh nyesel banget gak belanja dari kemarin disitu aja. Lumayan deh hanya dengan US$35 saya memborong 3 syal sutra Thai, 2 T-Shirt dewasa pesanan teman, 2 T-Shirt anak-anak pesanan orang rumah dan 2 Magnetic fridge. Akibat kekhilafan saya di toko souvenir hotel, saya harus menenteng belanjaan tersebut karena udah gak muat lagi di koper :D

Oya ngomong-ngomong saya salut sekali dengan rakyat Thailand yang terlihat begitu menghormati dan mencintai Raja dan Ratu beserta keluarganya. Di jalan-jalan protokol banyak terpampang foto-foto Raja dan Ratu Thailand dalam berbagai jaman dan pose. Lydia tourist guide kami pun terlihat begitu menghormati dan mencintai Rajanya dalam setiap pembicaraan mengenai negeri Thailand. Semoga Indonesia bisa mencontoh sikap seperti itu ya.
Tepat jam 10 pagi, kami berangkat menuju bandara Suvarnabhumi. Sawadikap Thailand....see you later. saya masih punya obsesi untuk mengunjungi Phuket, bersafari gajah dan keluyuran malam hari naik tuktuk ;)

PS: foto-fotonya bisa dilihat di album foto jepretan iseng-iseng sebelah kiri atas ya.... *mohon maaf kalo gak bagus, masih amateur :p*

Selasa, 10 Mei 2011

My Baby "Seruni"

Setelah menunggu beberapa minggu akhirnyaaaa....dapat juga pic my baby Terumbu Karang yang saya beri nama SERUNI. Proses pemberian nama Seruni sendiri lumayan memakan waktu dan jadi perdebatan sengit dengan seorang teman. Seakan-akan yang hendak diberi nama ini anak manusia, bukannya Terumbu Karang, hehehhee lebaayy yah saya.

Arti kata Seruni adalah tanaman/ Bunga yang hidup didaerah pantai. Jadi saya rasa nama ini cocok dan bisa mewakili karakter Terumbu Karang yang hidup di pantai. Awalnya saya ingin nama yang Indonesia dan merujuk kepada pantai. Setelah cari-cari, browsing sana sini dan berdebat dengan seorang teman, akhirnya nama Seruni saya gunakan untuk baby terumbu karang ini.

Semoga Seruni tumbuh besar dan beranak pinak, mengasrikan kembali pemandangan dibawah laut dan tetap lestari. Harapan saya 10 tahun ke depan, Seruni dan rekan-rekan adopsi lainnya dapat terus dinikmati keindahannya. Cepat besar ya Seruni.... :)

Jumat, 29 April 2011

Itinerary to Bali on July


Liburan di bulan Juli sebentar lagi tiba. Gak ada salahnya untuk persiapkan liburan dari sekarang. Saya berhasil mendapatkan tiket murah ke Bali untuk minggu ketiga di bulan Juli. Trip kali ini adalah lanjutan dari trip sebelumnya. Tempat-tempat wisata yang sudah dikunjungi tidak akan saya kunjungi lagi. Berikut itinerary yang saya susun dibantu oleh teman saya yang berdomisili di Bali.

DAY  1:
16.30                     Tiba di Bandara Ngurah Rai, Denpasar
17.00                     Menuju Lovina, bermalam

DAY 2:
06.00                     Menuju pantai Lovina  utk melihat lumba-lumba
09.00                     Air panas Banjar
10.00                     Pura Ulun Danu Beratan
12.00                     Makan Siang
13.00                     Taman Ayun
14.00                     Pura Besakih                
17.00                     Menuju ke Denpasar

DAY 3:                  
09.00                     Menuju Lembongan
16.00                     Kembali ke hotel, istirahat
18.00                     Rock Bar @Ayana Resort (hang out time!)

Day 4:
07.00                     Free time
12.40                     Kembali ke Jakarta

Semoga liburan ini memberikan kesan yang indah seperti liburan-liburan sebelumnya. Gimana dengan rencana liburan anda, sudah dipersiapkankah? jangan lupa browsing tiket murah dari sekarang seperti yang saya lakukan. Tentukan lokasi-lokasi wisata yang diinginkan, susun itinerary yang efektif dan efisien. Happy holiday ya!

Selasa, 26 April 2011

Wisata Kuliner ala Anak Kost

Pernah merasakan jadi anak kost? hehehe mungkin ada yang pernah dan mungkin juga ada yang belum pernah sama sekali merasakan jadi anak kost. Diluar stigma bebas yang melekat pada anak kost, sebenarnya ada beberapa hal yang menjadi sisi positif sebagai anak kost, salah satunya yaitu 'kemandirian'.


Tongseng
 Mandiri dalam segala hal termasuk mencari makan. Efek sampingnya bagus juga, saya dan teman-teman senasib sepenanggungan menjadi kreatif dalam berburu tempat-tempat makan yang murah meriah dan enak. Mulai dari sekitaran tempat kost sampai yang agak jauh. Tempat makan yang terdekat dengan tempat kost yang berjarak hanya beberapa meter dari kantor adalah Tongseng. Tempatnya persis disebelah PT. Henkel - Cognis di Jalan Raya Jakarta Bogor, Cimanggis. Cuma sepetak ruang dengan beberapa meja, disebelahnya bengkel motor yang seringkali berisik meraung-raung disaat pelanggan sedang makan. Hehehehe anggap aja makan diiringi live music aliran cadas :p. Soal rasa, beuuh...menurut saya, ini tongseng yang paling enak dijamannya. Cara membuatnya masih menggunakan anglo, membuat tongseng jadi khas wanginya. Disini pertama kali saya mencicipi dan jatuh cinta dengan tongseng.

Kalau malam tiba, biasanya kami anak-anak kost ramai-ramai makan pecel lele/ pecel ayam yang terletak persis didepan rumah kost ibu Haji disisi Jalan Raya Jakarta Bogor, Cimanggis. Duduk ramai-ramai sambil ngobrol ngalor ngidul, bertukar cerita meski berbeda kantor. Sungguh suasana yang sekarang kok jadi ngangenin ya? bosan dengan pecel ayam/pecel lele bisa pindah ke Chinese Food Anggrek di seberang jalan atau melipir ke Soto Betawi bu Haji didekat gang Mesjid, persis di sebelah optik.


Gado-gado

Jam makan siang kantor biasanya sering juga digunakan untuk ajang wisata kuliner dengan rekan-rekan. Ada Gado-gado Yanmar, begitu kami menyebutnya. Disebut Gado-gado Yanmar karena letaknya tepat di seberang Pabrik Yanmar. Tempatnya cukup representatif, rumah makan yang cukup besar. Yang hits disini gado-gadonya, tapi selain itu ada juga menu masakan lain yang rasanya juga enak. Harganya juga gak mahal-mahal banget. Paslah untuk ukuran kantong anak kost. Ada juga Gudeg Yogya di Jalan Radar Auri, letaknya persis diseberang perumahan Permata Puri Cibubur. Tempatnya nyaman banget buat kongkow-kongkow. Gudeknya itu loch...ya ampuun.. aseli banget cita rasa Yogyanya. Paket nasi gudeg komplit adalah nasi, sayur nangka/ gudeg, ayam opor/goreng (sesuai request), krecek, ati+ampela goreng, telur pindang dan terakhir disiram kuah arehnya yang berwarna putih. Mankyeesss banget! minumnya es lidah buaya. Rasanya gak kepengen balik lagi kekantor hehehehe... Kadang kalau lagi malas keluar kantor, saya cukup telpon untuk minta di delivery. Selain itu ada tempat makan Mie Ayam enak di dekat PT. Lassale, sayang saya lupa namanya. Pangsit basahnya yummie deh.

Gudeg Yogya

After office hour menjadi waktu yang paling asik untuk berburu tempat makanan yang agak jauh, karena tidak terbatas oleh jam kantor. Ada Tongseng dan sate di simpang depok (tongsengnya masih lebih enak yang di Jalan Raya Bogor menurut saya), Bale Air di Jalan Radar Auri, Ayam Penyet di Kelapadua, Depok yang sambalnya luar biasa panas diperut dan dibibir. Dan masih banyak lagi tempat makan disepanjang Jalan Raya Jakarta Bogor dan seputaran Cimanggis, Cibubur hingga Cijantung yang menjadi obyek sasaran kami para anak kost. Demi kebersamaan dan rasa enak, kami rela menjelajah tempat-tempat yang bisa memanjakan lidah. Semoga semua tempat-tempat yang pernah saya singgahi masih eksis hingga kini, semakin maju usahanya dan tetap tidak berubah cita rasanya. Kapan-kapan napak tilas aahh!

Kamis, 21 April 2011

Keindahan Tebing Ngarai Sianok


Ngarai Sianok, Bukittinggi. Sumatera Barat
Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi. Jurang ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan Pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang. Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau.

Sepulang dari P. Sikuai saya transit dulu di kota Bukittinggi untuk mengunjungi keindahan Ngarai Sianok yang terkenal itu. Bentangan ngarai yang berkelok-kelok dengan tebing yang curam membuat perpaduan pemandangan alam yang luar biasa indah. Udaranya pun jauh lebih sejuk dibandingkan dengan kota Padang yang panas. Ngarai ini menjadi lokasi wisata favorit para pencinta fotografi karena pemandangannya yang cantik.
Selain Ngarai Sianok, kota Bukittinggi juga terkenal dengan sate Padang Mak Syukur. Hmmm....selagi disini, wisata kuliner juga harus dijalankan :p. Memang benar rasa sate Mak Syukur berbeda dengan sate Padang lain yang ada dikota saya. Perbedaan terletak pada bumbu kuah satenya. Lebih terasa pedas dan bumbunya, maknyuuss...
Malam harinya saya berkeliling kota Padang. Saat itu kota Padang baru saja di guncang gempa 7,6 SR dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Hotel bintang tiga yang berada di kota Padang, Hotel Ambacang,  juga ambruk dan rata dengan tanah. Sementara bangunan lainnya banyak juga yang mengalami kerusakan cukup parah.
Kota Padang yang berada disisi pantai membuat rumah makan seafood menjamur di sepanjang jalan. Kepiting saus padang jadi incaran saya untuk makan malam. Makan disisi pantai, dengan angin semilir membuat mata saya menjadi semakin berat. Aaahh, ingin segera berjumpa dengan bantal rasanya. Sayang hari itu perburuan saya gagal untuk mencari keripik sanjay (sejenis keripik singkong yang diberi bumbu pedas). Keripik sanjay yang terkenal di kota Padang adalah Christine Hakim. Katanya sih itu memang usaha keripik sanjay milik artis nasional Christine Hakim. Hmm...satu lagi alasan bagi saya untuk kembali ke kota Padang. Menuntaskan perburuan yang gagal, keripik sanjay! ;-)

Senin, 18 April 2011

Trip to Tangkuban Parahu & Kawah Putih

Tangkuban Parahu
Pagi itu langit terlihat cerah. Aahh sampai juga saya di Tangkuban Parahu. Salah satu obyek wisata terkenal di Bandung Utara. Tangkuban Parahu salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter.

Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuatkan danau dengan membendung sungai Citarum sekaligus membuatkan perahu dalam semalam.  Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu


Tiket masuk ke kawasan wisata Tangkuban Parahu seharga tiga belas ribu rupiah/orang dan sepuluh ribu/kendaraan. Tangkuban Parahu tidak pernah membosankan buat saya. Tanda kebesaran Tuhan Yang Maha Besar dan selalu membuat kagum akan kebesaran-NYA.

Menanti sunset di Kawah Putih
Selain Tangkuban Parahu saya juga mengunjungi obyek wisata lainnya yang terkenal di Bandung, Kawah putih yang terletak di Bandung Selatan. Satu lagi maha karya luar biasa dari Sang Pemilik kehidupan. Tempat ini merupakan tempat wisata favorit untuk berfoto baik pribadi, pre wedding ataupun fotografer profesional.

Saat berkunjung ke Kawah Putih, senja mulai turun dikaki kawah. Pemandangan diatas kawah putih gak bisa terlukiskan dengan kata-kata. Luar biasa indahnya. Perpaduan warna air yang biru kehijauan, asap putih kawah, ditambah dengan langit senja yang mulai kemerah-merahan. Rasanya gak ingin turun cepat-cepat dari sana. Senja yang paling berkesan buat saya. Apalagi malam itu ternyata bulan purnama, bulat utuh...cantik sekali. Aaah, gak kebayang pemandangan indah di kawah putih malam itu. Sayang, kawah putih tidak dibuka dimalam hari.

Sebagai obyek wisata, sayangnya kawah putih mematok harga terlalu tinggi. Seratus lima puluh ribu/ kendaraan pribadi dan enam belas ribu/ orang. Harga ini tidak diimbangi dengan fasilitas dan kenyamanan yang memadai. Bagi kendaraan pribadi, masih harus mengeluarkan uang parkir liar sebesar lima ribu rupiah. Mahalnya harga tiket masuk kendaraan di kawasan wisata Kawah Putih ini banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Saya cukup beruntung hari itu mendapatkan potongan diskon 30% dari tarif umum karena tanggal 17 April 2011, Kawah Putih sedang merayakan hari jadinya. Bagi pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan pribadi dapat menggunakan ontang anting (angkutan umum) seharga tiga puluh ribu termasuk tiket masuk. Pengelolaan obyek wisata Kawah Putih perlu diperhatikan oleh pemkab Bandung, khususnya untuk fasilitas dan kalau bisa sih revisi harga tiket masuk kendaraannya. Rasanya harga ini terlalu tinggi dibandingkan kawasan wisata Tangkuban Parahu misalnya yang jauh lebih murah dan tertib pengelolaan fasilitas.

Seharusnya obyek wisata lokal dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat agar keindahan alam negeri sendiri dapat dinikmati. Jangan sampai wisawatan lokal lebih mengenal obyek wisata luar daripada negeri sendiri atau wisatawan asing lebih mengenal wisata Indonesia dibandingkan kita sendiri.

Adopsi Terumbu Karang

Sore itu mata saya melekat pada satu Time Line (TL) twitter menarik dari akun @picnicholic tentang mengadopsi terumbu karang. Apaan sih terumbu karang? well...menurut artikel yang saya baca
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.

Terumbu karang di dunia diperkirakan mencapai 284,300 km2. Terumbu karang dan ekosistem lain yang terkait, seperti padang lamun, rumput laut dan mangove adalah ekosistem laut terkaya di dunia. Saat ini keberadaan terumbu karang di perairan Indonesia terancam punah karena banyak yang mengalami kerusakan. Pada saat saya berada di P. Sikuai, sempat menyaksikan banyak terumbu karang yang mengalami kerusakan, memprihatinkan.

Terus terang, saya suka banget dengan ide mengadopsi anak terumbu karang. Ini merupakan salah satu bentuk untuk memperingati Earth Day (Hari Bumi).  Dalam program ini, setiap 'orang tua' asuh berpartisipasi dengan cara mendonasikan dana sebesar tujuhpuluh lima ribu rupiah untuk keberlangsungan hidup baby terumbu karang. Nantinya orangtua asuh akan diberitahukan perkembangan pertumbuhan terumbu karang yang diadopsinya. Orangtua asuh juga berhak memberi nama pada baby terumbu karang yang diasuhnya. Hmm...kira-kira apa ya nama yang unik untuk baby terumbu karang saya?

Bagi sebagian orang mungkin tujuh puluh lima ribu rupiah terlihat kecil nilainya. Namun saya yakin bahwa sekecil apapun kontribusi jauh lebih berarti dibandingkan angan-angan tanpa realisasi. Andai satu juta rakyat Indonesia secara bersama-sama mengadopsi anak terumbu karang, luar biasa hasil yang akan dinikmati oleh anak bangsa Indonesia dimasa mendatang dengan pulihnya ekosistem biota laut Indonesia.

Ini adalah wujud keperdulian dan cinta saya pada bangsa, khususnya perairan Indonesia. cita-cita saya sih sederhana saja, dalam 10 tahun kedepan saya ingin tetap bisa menikmati keindahan biota laut Indonesia termasuk terumbu karang didalamnya. Keikutsertaan saya dalam program Adopsi Anak Terumbu Karang adalah bukti nyata cinta saya pada bangsa ini, bukan hanya dengan kata-kata tetapi dengan tindakan nyata meskipun kecil nilainya.

Oya, informasi lengkap tentang adopsi terumbu karang dan mangrove bisa dilihat di link berikut http://picnicholic.webs.com/apps/calendar/showEvent?calID=4226932&eventID=128137869&next=showMonth%3FcalID%3D4226932%26month%3D3%26year%3D2011 yukk kita selamatkan terumbu karang dan mangrove bersama-sama.