My Favorite Travel Quotes

"The world is a book and those who do not travel read only one page - St. Augustine", "I have found out that there ain't no surer way to find out whether you like people or hate them than to travel with them - Mark Twain", "If the traveler can not find master or friend to go with him, let him travel alone rather than with a fool for company - Budha", "Traveling is about the journey not the destination - Anonymous", "Traveling brings love and power back to your life - Rumi".

Kamis, 18 Desember 2014

Island Hopping. Sekali dayung tiga pulau terlampaui (Lae-lae, Samalona, Kodingareng Keke)

Cuaca cerah, waktunya ke pulau!
Setiap kali menuliskan kata kunci “Makassar” di mesin pencari, berkali-kali nama pulau Samalona muncul. Pulau yang digambarkan sebagai kepingan surga yang jatuh di tanah Sulawesi Selatan membuat rasa penasaran berkecamuk didalam pikiran.

Kesempatan mendaratkan kaki di Sulawesi Selatan untuk berlibur akhirnya terwujud. Akhir November lalu saya solo traveling ke Makassar. Tujuan utamanya pulau Samalona yang sudah lama diimpi-impikan. Cara menuju Pulau Samalona sangat mudah sekali. Tepat diseberang benteng/Fort Rotterdam anda akan menemukan dermaga kecil tempat perahu sewaan menuju pulau-pulau. Sebelum  menyeberang saya sempatkan menikmati semangkuk Pallu Basa, kuliner khas Makassar yang terdiri dari potongan daging sapi dengan kuah berbumbu pekat bercampur serundeng kelapa. Jangan lupa membeli bekal untuk makan siang di pulau dan buroncong, kue khas Makassar untuk camilan.

pulau Lae-lae, ramai pengunjung
Hari itu cuaca sedang berpihak pada saya, cuaca cerah ceria. Pulau pertama yang akan menjadi persinggahan kami adalah Pulau Lae-lae yang jaraknya hanya sekitar 15 menit saja dari Makassar. Bahkan dari ujung dermaga kita bisa melihat pulau Lae-lae. Disini kami hanya singgah untuk menjemput jaket pelampung. Meskipun merasa bisa berenang, tidak ada salahnya untuk tetap memperhatikan keselamatan dengan membawa jaket pelampung, untuk antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Perjalanan kami lanjutkan menuju pulau Samalona. Pulau yang sudah lama sekali saya dengar keindahan bawah lautnya, gradasi biru jernih air laut yang berpadu dengan pasir putih terlihat begitu menawan. Tidak salah memang jika pulau ini begitu terkenal dikalangan para pejalan. Anda yang tidak membawa pakaian renang atau wet suit untuk diving/snorkling tidak usah bingung, di pulau ini menyediakan sewa wet suit, celana renang hingga alat snorkling dengan harga yang tidak mahal. Alih-alih menggunakan baju yang sudah disiapkan dari hotel, saya malah menyewa wet suit supaya tidak usah membawa pulang pakaian basah. Spot snorkling di pulau Samalona cukup bagus, dengan kejernihan airnya  aneka biota laut seperti terumbu karang dan ikan-ikan hias berwarna warni dapat diobservasi dengan mudah tanpa harus menyelam terlalu dalam. Kami berpindah-pindah ke beberapa titik snorkling untuk mengeksplorasi keindahan bawah laut Samalona.

Pulau Kodingareng Keke
Puas menikmati pemandangan bawah laut Samalona, kami berpindah ke pulau Kodingareng Keke yang berjarak sekitar 25 menit dari Samalona. Kawan, harus saya akui, diantara ketiga pulau; Lae-lae, Samalona dan Kodingareng Keke hati saya tertambat di pulau yang terakhir . Pulau tak berpenghuni ini hanya terdiri dari dataran yang terbentuk dari gundukan pasir putih dengan beberapa batang pohon yang berhasil bertahan hidup dari teriknya matahari ditengah laut. Disini sejauh mata memandang hanya jernihnya laut biru bersanding dengan putihnya pasir membentuk harmoni yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Pulau ini benar-benar mencuri hati saya. Teriknya matahari terkalahkan oleh pemandangan yang terhampar didepan mata. Sempatkan untuk berkeliling, anda bisa menemukan bintang laut berwarna biru dipinggir pantai. Kebetulan hari itu pengunjung pulau Kodingareng Keke tidak terlalu banyak, jadi serasa ada di pulau pribadi. Meskipun pulau ini tidak berpenghuni, tetapi ada satu dua nelayan yang kerap singgah di pulau Kodingareng Keke. Menurut mereka, pulau ini dulu pernah berpenghuni tetapi kemudian, sang penghuni pergi meninggalkan pulau setelah rumah mereka roboh terkena abrasi pantai. Sisa-sisa pondasi rumah masih terlihat dipinggiran pantai.

Welcome to my paradise ;-)
Di pulau ini, untuk pertama kalinya dalam hidup saya mencicipi lauk yang biasa dimakan nelayan. Mereka menyebutnya kerbau laut atau tedong laut. Tedong laut adalah sejenis kerang hias besar yang diolah hanya dengan dibakar saja tanpa bumbu apapun. Pak Saeful, salah seorang nelayan yang kebetulan singgah di pulau membakar beberapa tedong dan mengupas cangkang tedong sebagai hadiah buat saya. Duh jadi terharu banget diberi hadiah oleh nelayan. Tanpa sungkan, saya ambil tedong yang sudah dibakar dari tangan pak Saeful dan langsung melahapnya. Awalnya saya sempat membatin, seperti apa ya rasanya. Ternyata setelah satu tedong meluncur kedalam mulut, saya malah ketagihan! Rasanya gurih sekali...., seperti escargot. Hmmmm pantas saja ya nelayan punya stamina yang tinggi, makanan mereka berprotein tinggi dari alam. Selesai makan siang, saatnya merebahkan badan diatas hammock yang sudah tertata manis. Aahh…indah sekali dunia saya saat itu rasanya, berayun-ayun diatas hammock dengan pemandangan pasir putih dan laut biru didepan mata serta semilir angin pantai. Samar-samar lagu welcome to my paradise terdengar ditelinga, OK itu halusinasi saya yang terlampau menikmati suasana yang luar biasa relaksnya. Bak di pulau pribadi! No work…no phone call….no email….benar-benar menikmati alam. Oya, di pulau ini sinyal provider apapun nyaris tidak bisa tembus. Ada bagusnya juga, jadi waktu untuk menikmati pulau tidak terganggu oleh komunikasi apapun bentuknya.

Tedong laut. Berani coba?
Sebelum pulang kami sempatkan untuk kembali snorkling di beberapa spot. Untuk para pengunjung, sebaiknya baca aturan yang ada di pulau Kodingareng Keke agar tidak belajar snorkling di area yang padat karang karena dalam setahun karang hanya mampu tumbuh sebesar 1cm saja. Selain itu pengunjung juga dihimbau untuk menjaga kebersihan pulau. Kesal rasanya melihat ada sampah botol plastik, puntung rokok maupun botol beling dibeberapa sudut pulau. Apa sih susahnya mengutip sampah sebelum meninggalkan pulau.

Tepat pukul 3 sore, saya bertolak kembali menuju kota Makassar. Petualangan 3 pulau sudah usai, tetapi semua kenangan masih terekam kuat dan terus berputar-putar dalam ingatan. Rasa lelah yang muncul langsung lenyap saat mengingat betapa indah maha karya sang Pencipta yang sudah menurunkan tetesan-tetesan surga di bumi Sulawesi Selatan.

Terimakasih tak terhingga untuk kawan-kawan baru saya di Makassar, Firman, Arief dan Ipang yang telah memandu menjelajah alam bawah laut pulau Samalona dan Kodingareng Keke yang mempesona. Buat hammocknya yang sudah membuai saya ke alam khayal, buat minuman coklat milonya yang dibuat dengan menggunakan kompor Trangianya yang lebih mahal dari harga kompor saya dirumah. Tanpa kalian liburan saya tidak berarti apa-apa. Kalian sudah membuktikan keramahan sejati orang Makassar dan kepiawaian kalian melakukan free dive sudah tidak diragukan lagi. Tunggu saya kembali ke kota ini ya!

2 komentar:

  1. Haloo salam kenal. Kemarin waktu jd solo traveller gmn rasanya? Apa bisa join dgn org lain di perahu?

    BalasHapus
  2. Haii Dayaknese Lady, maaf banget baru sempat buka blog ini lagi. Waktu awal solo traveling rasanya sempat deg2an....banyak khawatirnya. tapi setelah satu dua kali perjalanan jad ketagihan! hahaha, ikuti aja petunjuk yg aman2. selalu waspada dan percaya Tuhan akan selalu pertemukan kita dengan kebaikan jika kita juga berbuat baik. Selamat mencoba ya!

    BalasHapus