My Favorite Travel Quotes

"The world is a book and those who do not travel read only one page - St. Augustine", "I have found out that there ain't no surer way to find out whether you like people or hate them than to travel with them - Mark Twain", "If the traveler can not find master or friend to go with him, let him travel alone rather than with a fool for company - Budha", "Traveling is about the journey not the destination - Anonymous", "Traveling brings love and power back to your life - Rumi".

Senin, 06 Juni 2011

Bangkok, The City of Angels

Sawadikap! begitulah sapaan khas Thailand dengan disertai menangkupkan kedua belah tangan didada. Sapaan ini mencakup selamat datang, selamat pagi, selamat siang dan selamat malam. Ini menurut informasi dari Lydia, tourist guide lokal yang menemani kami. Kali ini perjalanan saya adalah ke Bangkok yang berasal dari kata Bang (artinya bagian tengah dari kota/desa yang berada ditepian sungai) dan Makok (artinya tanaman yang menghasilkan buah). Kota Bangkok juga dikenal dengan sebutan Krung Thep Mahanakhon Amon Rattanakosin Mahinthara Yuthaya Mahadilok Phop Noppharat Ratchathani Burirom Udomratchaniwet Mahasathan Amon Piman Awatan Sathit Sakkathattiya Witsanukam Prasit (pfiuuhhhh cukup bikin nafas ngos-ngosan bacanya :D) nama tersebut diberikan oleh Raja Buddha Yodfa Chulaloke dan nama ini terdaftar didalam Guiness Book of Records sebagai nama tempat terpanjang didunia. Sekarang ini Bangkok terkenal dengan sebutan City of Angels. Tiga jam perjalanan dari Jakarta ke Bangkok cukup melelahkan apalagi beberapa kali pesawat yang saya tumpangi mengalami guncangan karena faktor cuaca yang kurang bagus.

Belajar dari kesalahan trip terdahulu, kali ini kamera digital sudah saya isi penuh baterainya dan tidak lupa membawa pula chargernya.....hehehe amaaan deh, bisa foto setiap obyek menarik sepuas hati karena kota ini juga terkenal dengan julukan seribu pagoda.

The Royal Grand Palace
Obyek wisata pertama yang wajib dikunjungi adalah The Royal Grand Palace yang dibangun pada tahun 1782 oleh Raja Rama I. Tempat ini merupakan kompleks tempat tinggal kerajaan, pusat pemerintahan dan kuil Emerald Budha. Daya tarik yang dimiliki oleh Royal Grand Palace adalah kekayaan arsitektur khas Thailand, lukisan-lukisan kuno yang menggambarkan kisah Ramayana, Royal Thai Decoration dan tempat penyimpanan medali kerajaan dan koin sejak abad 11. Kelebihan lainnya adalah di istana ini saya juga dapat melihat secara langsung patung Emerald Budha yang terkenal. Patung Budha yang terbuat dari batu permata hijau (green jade)  ditempatkan didalam temple dengan arsitektur yang tinggi nilai seninya. Patung ini sempat berada di Laos selama 226 tahun. Tetapi pada tahun 1778, Raja Rama I membawanya kembali ke Thailand.  Bangunan lainnya yang ada didalam kompleks The Royal Grand Palace adalah Grand Palace Hall yang merupakan tempat pemberian penghargaan dari Raja Thailand digelar.

Cuaca di Bangkok saat itu sangat panas sekitar 36C, lumayan membuat dehidrasi. Untung sebelumnya pemandu wisata sudah mengingatkan untuk membawa air mineral dalam botol. Selesai berkeliling di komplek The Royal Grand Palace yang ternyata cukup luas saatnya mengisi energi kembali. Apalagi kalau bukan wisata kuliner makanan khas Thailand yang terkenal enak-enak. Kebetulan saya penggila makanan Thailand, utamanya sup Tom Yam. Jadi pas bener deh, manjain perut dan lidah selama disini hehehee.. Lokasi tempat makan terletak di Ramkham Haeng, Sophia Restaurant. Tempat ini sepertinya memang menjadi tempat wajib para turis yang mencari makanan halal. Agak sulit menemukan restaurant halal karena mayoritas penduduk Thailand beragama Budha. Hampir semua masakan yang dihidangkan saya cicipi. Rugi rasanya kalau gak berani mencoba masakan khas Thailand selagi saya disana. Yang agak mengejutkan adalah nanas Thailand. Umumnya nanas di Indonesia rasanya asam manis dan banyak mengandung air, tetapi nanas Thailand rasanya super manis dan tidak berair. So selama 3 hari di Bangkok, nanas selalu masuk dalam daftar menu saya :)

Kegiatan berikutnya setelah early dinner adalah Shopping!! Lydia, pemandu wisata lokal membawa kami ke Siam Paradise Night Bazaar. Ohmigod....barang-barangnya lucu-lucu dan harganya pun gak mahal. Contohnya tempat tissu yang terbuat dari bahan satin dengan sulaman gajah hanya dihargai 100bath atau kurang lebih Rp30,000. Puas keliling dan membeli beberapa cinderamata, saatnya beristirahat ke hotel Twin Towers yang berada di Rong Muang, Patumwan. Lokasi hotel ini tidak terlalu jauh dari Siam Paradise Night Bazaar. Beberapa teman melanjutkan untuk menonton pertunjukan tiger show dengan harga tiket sekitar 700bath. Kalau saya sih pengennya jalan-jalan di sekitar hotel saja tapi karena orang Thailand umumnya tidak mengerti bahasa Inggris sementara saya sendiri gagap bahasa Thailand, terpaksa niat itu disimpan saja. Jangankan untuk keluyuran sekitar hotel, menanyakan lokasi Toilet saja harus dengan bahasa Thailand. Untungnya turis guide kami memberikan bahasa praktis untuk keperluan darurat seperti terimakasih atau Khab Khun, Toilet atau Nong Nam. Yang lucu saya sempat mengucapkan Nong Nam selesai berbelanja, padahal maksudnya mau bilang thank you alias Khab Khun hahahahaa....

Sungai Chao Phraya
Hari kedua adalah mengunjungi sungai Chao Phraya. Chao Phraya artinya sungai raja (River of Kings). Sesuai dengan namanya, Sungai Chao Phraya merupakan sungai terpanjang dan terpenting di Thailand, dengan panjang sekitar 372 kilometer. Sungai ini melintasi 20 provinsi di Thailand dan bermuara di Teluk Thailand. Sungai Chao Phraya merupakan pertemuan dari lima sungai kecil : Sungai Pa Sak, Sakae Krang, Nan, Ping, dan Tha Chin di daerah Nakhon Sawan yang berada di wilayah utara Thailand. Di sepanjang sungai yang membelah Kota Bangkok ini banyak terdapat Kuil Budha (dalam Bahasa Thai disebut Wat) yang cantik dan megah. Menyusuri Sungai Chao Phraya merupakan agenda wajib bagi para turis yang berkunjung ke Bangkok. Dengan naik perahu (kapal kayu) menyusuri Sungai Chao Phraya, dan menyempatkan memberi makan ikan dewa (sejenis ikan patin) dengan roti yang dijual dalam kemasan plastik seharga 20bath. Menyusuri sungai Chao Phraya menuju Wat Arun (Temple of Dawn) merupakan pengalaman yang menyenangkan. Sungai ini membelah kota Bangkok menjadi dua. Sisi kanan adalah provinsi lama dan sisi kiri adalah provinsi baru. Perahu yang kami tumpangi juga melewati jembatan yang dibangun oleh Raja Rama VIII.

Temple of Dawn
Sekitar 30 menit berperahu, kami tiba di Wat Arunratchawararam Ratchaworamahavihara atau disebut juga dengan Wat Arun (Temple of Dawn). Bangunan ini adalah kuil Budha yang terletak di distrik Bangkok Yai di Barat hulu sungai Chao Phraya. Pada awalnya kuil ini dikenal dengan nama Wat Makok (wihara zaitun). Wat Arun sempat menjadi tempat persinggahan patung Emerald Budha setelah direbut kembali dari Laos dan kemudian patung tersebut dipindahkan ke Wat Phra Kaew pada tahun 1784.  Kuil ini merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke kota Bangkok. Kuil ini terlihat indah karena memancarkan kerlap-kerlip ribuan cermin kecil yang menempel di dindingnya. Disini pengunjung juga dapat berbelanja aneka souvenir kerajinan khas Thailand, asesoris, kaos-kaos hingga hiasan dinding. Sepertinya turis Indonesia yang datang ke Wat Arun cukup banyak, beberapa toko memperbolehkan kami membayar dalam mata uang rupiah. 100bath mereka hargai Rp30,000. Saya juga menyempatkan diri untuk berfoto ala gadis Thailand dengan busana khasnya. Gak mahal kok hanya 200bath atau sekitar Rp60,000,- dibandingkan dengan pengalaman saya berfoto ala gadis Bali dengan biaya Rp150,000,-. Usai berkeliling di Wat Arun, kami kembali menyusuri sungai Chao Phraya untuk berkunjung ke Jewellry Manufacturing dan makan siang.

Jewelry Manufacturing yang kami kunjungi adalah milik pemerintah Thailand. Disini pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan perhiasan dengan batu permata yang indah-indah, sayangnya kamera dilarang masuk kedalam. Pengunjung juga bisa menyaksikan film dokumenter dan membeli perhiasan tersebut. Kali ini rombongan serempak hanya numpang lewat saja gak beli perhiasan hahahhaaa.... Selepas cuci mata di show room permata kami menuju Hotel SD Avenue yang terletak di  Borommarat Chacconanni Road untuk makan siang. Kali ini pilihannya adalah International buffet yang ada di Hotel. Tapi tetap saja saya sih mengambil menu khas Thailand yang juga dihidangkan, tak lupa lengkap dengan nanasnya. Selesai makan siang, Bangkok yang juga dikenal sebagai surganya belanja para turis membuktikan sekali lagi eksistensinya sebgai tempat belanja murah. Kali ini kami dibawa menuju Ma Boong Krong biasa disingkat dengan MBK (mal favorit turis Indonesia). Memang benar, Thailand tuh surga belanja. Koper lucu dengan motif polda dot berwarna ungu ukuran kecil dihargai hanya 1,600bath atau sekitar Rp450,000. Padahal dengan model dan ukuran yang sama di Indonesia mencapai Rp1,900,000 ironis banget.

The Royal Dragon Restaurant
Kuliner Thailand memang pantas diacungi jempol (menurut saya loh ya yang penggila kuliner Thailand). Makanya seneng banget waktu kami diajak makan malam di The Royal Dragon Restaurant atau disebut juga Mang Korn Lung Restaurant. Tempat ini tercatat sebagai restoran terbesar di dunia pada tahun 1992 dan tercatat dalam  Guiness Book of World's Record. Saking besarnya restoran ini, pelayannya pun menggunakan sepatu roda untuk membawakan makanan para pengunjung. Makanannya pun semuanya enak. Disini saya mencicipi dessert khas Thailand yaitu ketan mangga. Ketan yang dikukus kemudian disiram santan kental diatasnya dan disajikan dengan potongan mangga yang manis. Rasanya unik banget.... gurih, manis dan segar. Bener-bener puaaass. Selama saya di Bangkok, Tom Yam dan nanas gak pernah lepas dari incaran saya. Sepertinya berat badan nambah beberapa kilo nih akibat lupa diri menyantap kuliner khas Thailand.

Malam itu seusai makan malam di The Royal Dragon, kami kembali ke hotel. Beberapa orang melanjutkan menonton Cabaret Show alias pertunjukan banci-banci Thailand yang terkenal kecantikannya, bahkan melebihi wanita yang asli, hhmmmm bikin jeles aja deh :p. Saya skip aja deh menonton Cabaret Show. Selain gak tega nontonnya badan juga sudah lelah banget. Belum lagi urusan packing oleh-oleh biar muat dalam satu koper. Mungkin karena pengaruh cuaca yang panasnya ekstrim sekali, lelahnya terasa berat banget.

Keesokan harinya, berhubung masih tersisa US Dollar, saya putuskan untuk dihabiskan di toko cinderamata hotel saja. You know what, harga di hotel lebih murah dari belanja di Wat Arun! huh, sumpeh nyesel banget gak belanja dari kemarin disitu aja. Lumayan deh hanya dengan US$35 saya memborong 3 syal sutra Thai, 2 T-Shirt dewasa pesanan teman, 2 T-Shirt anak-anak pesanan orang rumah dan 2 Magnetic fridge. Akibat kekhilafan saya di toko souvenir hotel, saya harus menenteng belanjaan tersebut karena udah gak muat lagi di koper :D

Oya ngomong-ngomong saya salut sekali dengan rakyat Thailand yang terlihat begitu menghormati dan mencintai Raja dan Ratu beserta keluarganya. Di jalan-jalan protokol banyak terpampang foto-foto Raja dan Ratu Thailand dalam berbagai jaman dan pose. Lydia tourist guide kami pun terlihat begitu menghormati dan mencintai Rajanya dalam setiap pembicaraan mengenai negeri Thailand. Semoga Indonesia bisa mencontoh sikap seperti itu ya.
Tepat jam 10 pagi, kami berangkat menuju bandara Suvarnabhumi. Sawadikap Thailand....see you later. saya masih punya obsesi untuk mengunjungi Phuket, bersafari gajah dan keluyuran malam hari naik tuktuk ;)

PS: foto-fotonya bisa dilihat di album foto jepretan iseng-iseng sebelah kiri atas ya.... *mohon maaf kalo gak bagus, masih amateur :p*

2 komentar:

  1. jadi pengen ksana..
    kalo mau yg low budget, brp ongkosnya neh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Adjiiii maap eyke barubuka blog ini dan baru ngeh klo ada komen lo. hahha eniwei, udah kesana belum?

      Hapus