Surabaya Heritage Track |
Sudah lama saya ingin mengunjungi museum rokok Sampoerna atau yang lebih tenar disebut House of Sampoerna. Terlebih dengan adanya wisata keliling kota Surabaya dengan menggunakan bus Surabaya Heritage Track. Bis dengan warna merah menyala dilengkapi dengan guide yang profesional siap mengantar pengunjung keliling kota secara gratis!
Seperti biasa, sebelum mengunjungi suatu tempat, saya selalu menyiapkan diri dengan bekal sebanyak-banyaknya. Dari hasil browsing di internet, ternyata tiket untuk naik bus Surabaya Heritage Track dapat dipesan melalui email. Tanpa membuang kesempatan, saya segera mengirimkan email permohonan reservasi untuk 9 orang. Staf marketing House of Sampoerna dengan ramah melayani pemesanan saya meskipun waktunya masih 3 bulan kedepan! hahaha keliatan sekali ya kalau saya udah ngincer banget pengen naik bus ini. Informasi dari mbak staf marketing yang ramah itu, pemesanan melalui email hanya berlaku untuk 10 orang saja. Diluar itu, calon penumpang harus datang dan daftar on the spot. Beruntungnya saya, karena waktu kami datang ke House of Sampoerna banyak pengunjung yang terpaksa gigit jari karena kehabisan tiket bus Surabaya Heritage Track. Pfiuuh untung saja saya sudah buat reservasi jauh-jauh hari sebelumnya.
Bus Surabaya Heritage Track yang berkapasitas duduk 22 orang tersebut siap mengantar para tracker sebutan untuk penumpang bus dengan
rute yang telah disediakan. Dalam 1 hari SHT melakukan 3 kali keberangkatan dan
menempuh 1,5 hingga 2 jam per rute. Sedangkan dalam 1 minggu terdapat 2 rute,
yaitu Rute A short trip pada hari Selasa, Rabu, dan Kamis,
dan Rute B long trip pada
hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Sedangkan pada hari senin SHT tidak ada rute
alias libur. Ada 3 kali jadwal keberangakatan bus yaitu jam 10.00 s/d 11.30, 13.00 s/d 14.30 dan yang terakhir 15.00 s/d 16.30. Saya mengambil jadwal jam 13.00, saat matahari di langit Surabaya sedang galak-galaknya.
Bus mengambil rute kota lama, melintasi jalan-jalan protokol dimana gedung-gedung tua yang apik dan masih berfungsi sebagai perkantoran. Saya sempat mengabadikan beberapa gambar gedung dari dalam bus dan cukup terpana dengan hasilnya. Gambar gedung tua dengan langit biru bersih diatasnya, cantik sekali! Bus berhenti di Tugu Pahlawan Surabaya. Penumpang dipersilahkan turun dan mendengarkan narasi dari tour guide yang dengan fasih menceritakan asal usul nama Surabaya, sejarah kota Surabaya dan masih banyak lagi. Guide juga mempersilahkan para penumpang berfoto dengan latar patung proklamator Indonesia, Soekarno dan Hatta. Sekitar 10 menit kemudian, bus melanjutkan perjalanan kembali.
PTPN XI |
Setelah melewati beberapa gedung tua, bus kembali berhenti. Kali ini disebuah gedung PTPN termegah sepulau Jawa. Di tangan Belanda, perusahaan ini awalnya bernama Handelsvereeniging Amsterdam (HVA), yang arti harfiahnya Asosiasi Pedagang Amsterdam. Sesuai namanya gedung ini memang ditempati oleh HVA, sebuah perusahaan asal Belanda yang didirkan sejak tahun 1879 di Amsterdam dan bergerak di bidang impor hasil pertanian dan budidaya tebu, kopi dan singkong. Perusahaan tersebut juga memiliki puluhan perusahaan di Hindia Belanda dan gedung di Surabaya ini berfungsi sebagai pusat kontrol untuk produksi gula di wilayah Jawa Timur. Gedung HVA terletak di jalan Merak no 1. Surabaya dan dibangun pada tahun 1920-1925 diatas lahan seluas 1.6 hektar oleh arsitek terkenal di Batavia, Hulswit, Fermont & Ed. Cuypers.
Konon gedung ini memiliki bagian-bagian ornamen yang yang diimpor dari Belanda dan Italia. Uniknya gedung ini didesain fleksibel terhadap gempa. Gedung dibagi menjadi dua pondasi dan tulang dimana keduanya tidak melekat satu sama lain. Hebat deh, pemikiran arsiteknya sudah jauh kedepan pada masanya. Secara keseluruhan gedung terlihat kokoh dan anggun, tentu saja kesan angker tidak bisa dihilangkan dari gedung-gedung tua yang pada umumnya menyimpan kisah-kisah misteri hantu Belanda.
Sekitar 1,5 jam perjalanan berkeliling kota, akhirnya bus kembali memasuki halaman House of Sampoerna. Selanjutnya mengeksplore isi museum Sampoerna sembari mendinginkan kulit yang memerah terpanggang matahari.
Museum Sampoerna |
Saat membuka pintu museum, nyeesss udara sejuk menyapa kulit dibarengi dengan harum tembakau yang anehnya tidak membuat kepala pusing. Padahal biasanya kalau ada yang merokok dekat-dekat saya, sebelum rokok dinyalakan kepala sudah berdenyut-denyut duluan karena pusing mencium aroma rokok. Entah kenapa harum tembakau di dalam ruangan museum ini justru membuat kesegaran tersendiri. Ditambah penataan interior museum yang apik dan lighting yang pas membuat keseluruhan museum terlihat ciamik. Lantai pertama dipenuhi oleh foto-foto keluarga Sampoerna. Ada juga gerobak warung yang ditata sedemikian rupa sehingga mirip gerobak warung sungguhan. Isi museum dilantai 1 ini bisa menjadi edukasi untuk pengunjung, tidak hanya anak-anak tetapi juga orang dewasa.
Ruang melinting rokok |
Beralih ke lantai 2, disni terdapat aneka merchandise dari House of Sampoerna. Aneka magnetic fridge, polo shirt, gantungan kunci, pin, aneka batik tulis dan masih banyak lagi ragam merchandise yang dijual dengan kualitas prima. Dari lantai 2 ini pengunjung juga bisa melihat ruang melinting rokok yang hingga saat ini masih difungsikan. Ya, meskipun Sampoerna sudah membuat pabrik yang modern dilokasi yang lain, tetapi untuk menghargai sejarah berdirinya perusahaan Sampoerna, ruangan melinting rokok tetap dipertahankan di gedung ini.
Rasanya tidak ada yang bisa saya ungkapkan selain rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada founder perusahaan Sampoerna yang telah berjasa memberikan edukasi melalui museumnya secara gratis dan menyediakan fasilitas bus Surabaya Heritage Track keliling kota lengkap dengan naratif tour guidenya secara gratis juga. Tidak banyak pengusaha yang punya perhatian terhadap perkembangan sejarah dan pendidikan bangsa. Bangga rasanya keluarga Sampoerna memiliki keperdulian yang tinggi terhadap Indonesia, meskipun saat ini perusahaan Sampoerna bukan lagi menjadi perusahaan nasional semenjak diakuisisi oleh perusahaan Philip Morris. Hiikss, semoga dimasa mendatang, pengusaha Indonesia lainnya atau keluarga Sampoerna bisa membeli kembali perusahaan yang pernah menjadi salah satu perusahaan nasional terbesar di Indonesia.