|
Cuaca cerah, waktunya ke pulau! |
Setiap kali
menuliskan kata kunci “Makassar” di mesin pencari, berkali-kali nama pulau
Samalona muncul. Pulau yang digambarkan sebagai kepingan surga yang jatuh di
tanah Sulawesi Selatan membuat rasa penasaran berkecamuk didalam pikiran.
Kesempatan mendaratkan
kaki di Sulawesi Selatan untuk berlibur akhirnya terwujud. Akhir November lalu
saya solo traveling ke Makassar. Tujuan utamanya pulau Samalona yang sudah lama
diimpi-impikan. Cara menuju Pulau
Samalona sangat mudah sekali. Tepat diseberang benteng/Fort Rotterdam anda akan
menemukan dermaga kecil tempat perahu sewaan menuju pulau-pulau. Sebelum menyeberang saya sempatkan menikmati
semangkuk Pallu Basa, kuliner khas Makassar yang terdiri dari potongan daging
sapi dengan kuah berbumbu pekat bercampur serundeng kelapa. Jangan lupa membeli bekal untuk makan siang di pulau dan buroncong, kue khas Makassar untuk
camilan.
|
pulau Lae-lae, ramai pengunjung |
Hari itu cuaca
sedang berpihak pada saya, cuaca cerah ceria. Pulau pertama yang akan menjadi
persinggahan kami adalah Pulau Lae-lae yang jaraknya hanya sekitar 15 menit
saja dari Makassar. Bahkan dari ujung dermaga kita bisa melihat pulau Lae-lae.
Disini kami hanya singgah untuk menjemput jaket pelampung. Meskipun merasa bisa
berenang, tidak ada salahnya untuk tetap memperhatikan keselamatan dengan
membawa jaket pelampung, untuk antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Perjalanan kami lanjutkan menuju pulau Samalona. Pulau yang sudah
lama sekali saya dengar keindahan bawah lautnya, gradasi biru jernih air laut yang berpadu dengan pasir putih terlihat begitu menawan. Tidak salah memang
jika pulau ini begitu terkenal dikalangan para pejalan. Anda yang tidak membawa
pakaian renang atau wet suit untuk diving/snorkling tidak usah bingung, di
pulau ini menyediakan sewa wet suit, celana renang hingga alat snorkling
dengan harga yang tidak mahal. Alih-alih menggunakan baju yang sudah disiapkan
dari hotel, saya malah menyewa wet suit supaya tidak usah membawa pulang pakaian
basah. Spot snorkling di
pulau Samalona cukup bagus, dengan kejernihan airnya aneka biota laut seperti terumbu karang dan
ikan-ikan hias berwarna warni dapat diobservasi dengan mudah tanpa harus
menyelam terlalu dalam. Kami berpindah-pindah ke beberapa titik snorkling untuk
mengeksplorasi keindahan bawah laut Samalona.
|
Pulau Kodingareng Keke |
Puas menikmati
pemandangan bawah laut Samalona, kami berpindah ke pulau Kodingareng Keke yang
berjarak sekitar 25 menit dari Samalona. Kawan, harus saya akui, diantara ketiga
pulau; Lae-lae, Samalona dan Kodingareng Keke hati saya tertambat di pulau yang
terakhir . Pulau tak berpenghuni ini hanya terdiri dari dataran yang
terbentuk dari gundukan pasir putih dengan beberapa batang pohon yang berhasil
bertahan hidup dari teriknya matahari ditengah laut. Disini sejauh mata memandang
hanya jernihnya laut biru bersanding dengan putihnya pasir membentuk harmoni
yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Pulau ini benar-benar mencuri
hati saya. Teriknya matahari terkalahkan oleh pemandangan yang terhampar
didepan mata. Sempatkan untuk berkeliling, anda bisa menemukan bintang laut
berwarna biru dipinggir pantai. Kebetulan hari itu
pengunjung pulau Kodingareng Keke tidak terlalu banyak, jadi serasa ada di
pulau pribadi. Meskipun pulau ini tidak berpenghuni, tetapi ada satu dua
nelayan yang kerap singgah di pulau Kodingareng Keke. Menurut mereka, pulau ini
dulu pernah berpenghuni tetapi kemudian, sang penghuni pergi meninggalkan pulau
setelah rumah mereka roboh terkena abrasi pantai. Sisa-sisa pondasi rumah masih
terlihat dipinggiran pantai.
|
Welcome to my paradise ;-) |
Di pulau ini, untuk
pertama kalinya dalam hidup saya mencicipi lauk yang biasa dimakan nelayan.
Mereka menyebutnya kerbau laut atau tedong laut. Tedong laut adalah sejenis
kerang hias besar yang diolah hanya dengan dibakar saja tanpa bumbu apapun. Pak
Saeful, salah seorang nelayan yang kebetulan singgah di pulau membakar beberapa tedong dan mengupas cangkang tedong sebagai hadiah buat saya. Duh jadi terharu banget diberi hadiah oleh nelayan. Tanpa sungkan, saya
ambil tedong yang sudah dibakar dari tangan pak Saeful dan langsung melahapnya.
Awalnya saya sempat membatin, seperti apa ya rasanya. Ternyata setelah satu
tedong meluncur kedalam mulut, saya malah ketagihan! Rasanya gurih sekali...., seperti escargot. Hmmmm pantas saja ya nelayan punya stamina yang tinggi, makanan
mereka berprotein tinggi dari alam. Selesai makan siang, saatnya merebahkan
badan diatas hammock yang sudah tertata manis. Aahh…indah sekali dunia saya
saat itu rasanya, berayun-ayun diatas hammock dengan pemandangan pasir putih dan laut biru didepan mata serta semilir angin pantai. Samar-samar lagu welcome to my paradise terdengar ditelinga, OK itu halusinasi saya yang terlampau menikmati suasana yang luar biasa relaksnya. Bak di pulau pribadi! No work…no phone call….no email….benar-benar menikmati alam. Oya, di pulau ini sinyal provider apapun nyaris tidak bisa tembus. Ada bagusnya
juga, jadi waktu untuk menikmati pulau tidak terganggu oleh komunikasi apapun bentuknya.
|
Tedong laut. Berani coba? |
Sebelum pulang kami
sempatkan untuk kembali snorkling di beberapa spot. Untuk para pengunjung,
sebaiknya baca aturan yang ada di pulau Kodingareng Keke agar tidak belajar
snorkling di area yang padat karang karena dalam setahun karang hanya mampu
tumbuh sebesar 1cm saja. Selain itu pengunjung juga dihimbau untuk menjaga
kebersihan pulau. Kesal rasanya melihat ada sampah botol plastik, puntung rokok
maupun botol beling dibeberapa sudut pulau. Apa sih susahnya mengutip sampah
sebelum meninggalkan pulau.
Tepat pukul 3 sore, saya bertolak kembali menuju kota Makassar. Petualangan 3 pulau sudah usai, tetapi semua
kenangan masih terekam kuat dan terus berputar-putar dalam ingatan. Rasa lelah
yang muncul langsung lenyap saat mengingat betapa indah maha karya sang
Pencipta yang sudah menurunkan tetesan-tetesan surga di bumi Sulawesi Selatan.
Terimakasih tak terhingga untuk kawan-kawan baru saya di Makassar, Firman, Arief dan Ipang yang telah memandu menjelajah alam bawah laut pulau Samalona dan Kodingareng Keke yang mempesona. Buat hammocknya yang sudah membuai saya ke alam khayal, buat minuman coklat milonya yang dibuat dengan menggunakan kompor Trangianya yang lebih mahal dari harga kompor saya dirumah. Tanpa kalian liburan saya tidak berarti apa-apa. Kalian sudah membuktikan keramahan sejati orang Makassar dan kepiawaian kalian melakukan free dive sudah tidak diragukan lagi. Tunggu saya kembali ke kota ini ya!
Haloo salam kenal. Kemarin waktu jd solo traveller gmn rasanya? Apa bisa join dgn org lain di perahu?
BalasHapusHaii Dayaknese Lady, maaf banget baru sempat buka blog ini lagi. Waktu awal solo traveling rasanya sempat deg2an....banyak khawatirnya. tapi setelah satu dua kali perjalanan jad ketagihan! hahaha, ikuti aja petunjuk yg aman2. selalu waspada dan percaya Tuhan akan selalu pertemukan kita dengan kebaikan jika kita juga berbuat baik. Selamat mencoba ya!
BalasHapus