Demi keinginan narsis teman-teman Indonesianya Lael rela ber-dress code t-shirt US flag |
Berbeda dengan postingan saya sebelumnya, kali ini saya ingin berbagi cerita tentang seorang warga negara Amerika tulen yang bercita rasa Jawa. Kami bertemu saat tugas bersama di US Academi training center Moyock, Virginia. Saat pertama kali bertemu dengannya di bandara Dulles, saya membatin. Wah escortnya bule abis tampangnya pasti gak bisa bahasa Indonesia nih. Ternyata saya salah sodara-sodara! Pepatah never judge the book by its cover bener-bener mengena banget ke saya. Diluar dugaan Lael Giebel yang dikemudian hari akrab dipanggil bu Lela oleh para peserta pelatihan, sangat fasih berbahasa Indonesia yang baik dan benar bahkan mengenal beberapa bahasa pergaulan. Cukup surprise ada bule yang tahu bagaimana menempatkan kata "sialan" dalam sebuah kalimat dengan tepat. Selidik punya selidik bu Lela ini pernah tinggal selama 6 bulan bersama sebuah keluarga di Bali yang gak bisa ngomong bahasa Inggris sama sekali, dilanjutkan kuliah di UGM selama 2 tahun dan bekerja di Solo selama 1 tahun bahkan sempat bertunangan dengan orang Cilacap! Haahaha seru yaaaa pantes aja bahasa Indonesianya lancar jaya.
Tiga wanita yang ada di group |
Bertugas selama 2,5 minggu di Amerika membuat hubungan antara saya, Lela dan teman-teman lainnya menjadi kuat. Berada disebuah area terpencil dengan keterbatasan transportasi membuat kami mau gak mau sering ngumpul bareng. Makan pagi bareng, pergi kelas bareng, makan siang bareng, mengerjakan tugas bareng sampai makan malam bareng. Pendek kata hampir semua aktifitas dilakukan bersama-sama deh. Kebetulan diantara gersangnya peserta training ada satu orang peserta wanita, Indri. Jadilah kemana-mana kami bak trio kwek-kwek yang kesana kemari selalu bersama. Berangkat dari perasaan senasib jauh dari keluarga kami berusaha saling menghibur satu sama lain dengan bercanda. Setiap hari ada saja bahan untuk tertawa bersama yang bisa bikin sejenak melupakan rasa capek dan rindu tanah air serta keluarga dirumah. Mie instan dan sambal terasi botolan jadi pengobat rindu makanan Indonesia. Ternyata bener ya kalau pergi jauh dalam waktu lama perlu juga bawa makanan2 seperti itu. Padahal dulu saya gak gitu percaya akan hal ini lho. Bicara tentang mie instan, bu Lela ini paling suka makan indomie rasa soto! Sampai terharu saya melihat bagaimana dia menikmati setiap sendok indomie rasa soto masuk kedalam mulutnya. Makanan lokal Indonesia lainnya yang menjadi favorit bu Lela adalah nasi liwet dan wedang ronde, see.... Jawa banget kan seleranya? :D
Lael ini sering jadi sasaran empuk godaan para peserta pelatihan yang 99% kaum pria. Ada salah satu peserta yang selalu meneriakan namanya setiap bertemu "Laaaaeeeellll". Suatu pagi kami bersiap-siap menghadiri acara kelulusan, si peserta yang hobi meneriakan namanya berpapasan dan berlalu begitu saja. Lael bilang sama saya kalau dia sedih banget hari ini belum di "Elel". Bingung kaaann?? sama!! saya juga bingung banget, otak berputar-putar mencari arti kata 'Elel' dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ternyata yang dimaksud 'Elel" adalah teriakan khas "Laaaaeeelll", ya amppunnn jadi ketawa ngakak deh!
Kejadian lucu lainnya saat kami pergi berbelanja ke wallmart. Setelah menemani peserta laki-laki berbelanja, Lael minta mereka lihat-lihat sementara dia mau ke rak lainnya.Karena malu dengan mengendap-ngendap Lael mengambil beberapa potong pakaian dalam, saat membalikan badan, taarraaaa!! peserta tadi sudah ada dibelakangnya! ternyata mereka mengekori Lael dari awal bwahahahaa....percuma aja diem-diem ke bagian pakaian dalam wanita.
Lela dan keluarga baru Indonesianya :-) |
Sebagai bule, saya menilai Lela ini punya jiwa ke-Indonesia-an yang cukup tinggi. Empatinya dan sensitifitasnya terhadap sesuatu seperti orang Jawa yang berperasaan halus. Selera humornya yang tinggi membuat dia dengan cepat beradaptasi dengan rekan-rekan dari Indonesia. Lael/ Lela rupanya sangat terkesan dan jatuh hati dengan Indonesia sampai-sampai dia merasa kalau Indonesia adalah "rumah kedua"nya. Bahkan ke-empat anaknya pun menyangka kalau dia berasal dari Indonesia! rasa cintanya terhadap Indonesia rupanya menular kepada anak-anaknya. Suatu hari sang anak mengajukan ide untuk membuat "International Day" di sekolah. Setiap anak diwajibkan memakai pakaian dari negara tertentu dan membawa makanan khas negara tersebut. Anak Ibu Lela tentu saja menggusung konsep baju Indonesia dilengkapi dengan membawa pisang goreng buatan sang mami. Di sekolah dengan fasih dia bercerita tentang Indonesia yang belum pernah dikunjunginya sama sekali!! kok bisa sih? ya iya dong...kan sekarang jamannya canggih, bisa jalan-jalan ke Indonesia lewat internet. Cerdas yaaa idenya!
Satu hal yang sangat saya sesali, dan belakangan saya mendapati bahwa Lael juga sama menyesalnya dengan saya adalah, kami kurang banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol di malam hari. Karena kecapekan bertugas biasanya malam hari lebih banyak saya habiskan didalam kamar atau mengecek-ngecek tugas kantor lewat email. Baru di hari-hari terakhir menjelang kepulangan kami banyak menghabiskan waktu di malam hari bersama-sama juga dengan teman-teman lainnya bermain....poker!! Aahh andai waktu bisa diulang kembali....
buku kenangan |
Pada malam perpisahan Lael memberikan cinderamata untuk semua teman-teman Indonesia barunya. Sesuatu yang memiliki nilai sentimental dan mampu membuat mata menjadi panas saat melihatnya kembali di Indonesia. Khusus untuk saya dia memberikan sebuah buku dengan catatan yang sangat menyentuh didalam lembaran pertamanya.
24 May, 2014
Kepada April yts,
Ini buat sahabatku yang baik, biar tidak lupa sama saya, dan
pengalaman kita di Academi.
Peluk cium,
Lael Giebel.
Sampai hari ini, buku berjudul Telling The Bees tersebut belum bisa saya baca, karena saya terlampau rapuh untuk melewati lembaran pertama dimana tulisan itu berada.
Gak terasa hari cepat sekali berganti. Tiba waktunya untuk semua orang kembali ke kampung halaman masing-masing. Lael memeluk erat saya saat kami berpisah di Dulles airport dan airmata saya tidak henti-hentinya mengalir dari kedua mata. Heeiii...bahkan saat menuliskan ini pun mata saya masih saja memanas dan berkaca-kaca!
Oya, Lela ini punya kemampuan Reiki yang hebat. Dia pernah mengirimkan saya energi dari Amerika dan saya bisa merasakannya di Indonesia! Lebih jauh lagi dia bercerita kalau pria beruntung yang menjadi suaminya adalah hasil Reiki!! wuiihh hebat banget yaaa..!
Hingga saat ini kami masih menjalin komunikasi intens lewat blackberry messenger yang sengaja dia pasang hanya untuk berkomunikasi dengan teman-teman Indonesianya! semoga suatu hari nanti dia berkesempatan mengunjungi Indonesia, rumah keduanya.
Tulisan ini saya buat khusus untuk sahabat tercinta nun jauh di Florida sana. Lael, kamu harus ingat ini ya bahwa "Puncak rindu yang paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling bertemu tetapi diam-diam saling mendoakan".
Peluk sayang dari Indonesia
Bagus banget tulisannya bu.. kasi liat Lael donk.. hihi
BalasHapusSudah dibaca sama Lael. Hasilnya bikin dia menangis :)
BalasHapus