Bicara jalan-jalan gak puol rasanya kalau gak icip-icip makanan lokal khas setempat. Jogjakarta salah satu kota yang terkenal dengan makanan kampung yang otentik rasanya, unik tempatnya dan gak nyekik harganya. Berikut referensi beberapa tempat yang sudah dicek langsung ke TKP dan dicicipi rasanya.
MANGUT LELE MBAH MARTO di Bantul.
Meski terletak didalam gang kecil yang hanya muat untuk dua orang berjalan beriringan, gak membuat warung mangut lele Mbah Marto ini sepi dari pengunjung. Seperti pepatah, ada gula ada semut. Makanan enak meski tempatnya nyusahin banget dan gak mudah tetap aja dicari orang (termasuk saya). Tampak depan warung Mbah Marto kelihatan segar dengan tembok berwarna hjau. Yang unik, pada salah satu tembok tetangga berjejer poster-poster iklan mulai dari Bank BNI sampai iklan perumahan. Hebat ya justru bank nasional sekelas BNI dan perumahan lokal memasang iklan mereka di warung Mbah Marto ckk...ck..ck...
Melangkah masuk kedalam warung, tampak meja dan kursi sederhana. Gak ada bell boy yang membukakan pintu dan menyambut pelanggan datang dan gak juga pelayan datang membawakan buku menu. Semua serba apa adanya dan bener-bener self service. Jangan berharap dengan duduk manis kemudian pelayan datang, di warung Mbah Marto, pelanggan langsung masuk ke dapur. Membaui harumnya nasi, sayur gudeg, krecek dan mangut lele yang dimasak dengan tungku dan kayu bakar. Di dapur seluas 4x5 meter aneka masakan terhampar diatas bale kayu beralaskan tikar. Pengunjung dipersilahkan mengambil sendiri nasi dan teman-temannya sesuai kebutuhan dan selera masing-masing. Terkadang Mbah Marto hadir di dapur tuanya, duduk-duduk sambil ngobrol dengan pegawainya yang sudah lama mengabdi. Jangan berharap bisa selfie bareng Mbah Marto karena beliau akan ngibrit sambil menggerutu kalau ada pengunjung yang mau memotret dirinya. Meskipun di warungnya banyak foto-foto Mbah Marto dengan para seleb hits yang mampir makan mangut lele ditempatnya, Mbah Marto sebetulnya enggan untuk difoto. Jadi, jangan mekso lho yooo....kita hormati keengganan beliau untuk di foto.
Anyway, rasa mangut lele Mbah Marto memang luar biasa...otentik, dan bumbunya meresap sampai kedalam daging. Sayur gudeg, sambal krecek dan arehnya benar-benar pas di lidah. Tidak terlalu manis. Keseluruhan menu terasa saling melengkapi keberadaannya. Nasi putih yang mengepul hangat dan menguarkan harum aroma kayu bakar seakan menjadi pengikat menu-menu yang ada. Semua terasa pas baik komposisi maupun rasanya. Kelezatan rasa mangut lele seakan menjadi pemaaf atas kursi makan butut yang reyot dan joknya somplak disana sini serta udara panas tanpa ampun yang menggemboskan keringat dari balik pakaian seperti sauna.
Mbah Marto dengan mangut lelenya telah mematahkan berbagai prinsip-prinsip pemasaran yang ada. Tanpa iklan, tanpa modernisasi, tanpa jaga image dengan perabot yang layak. Sing penting uenak!
My Favorite Travel Quotes
"The world is a book and those who do not travel read only one page - St. Augustine", "I have found out that there ain't no surer way to find out whether you like people or hate them than to travel with them - Mark Twain", "If the traveler can not find master or friend to go with him, let him travel alone rather than with a fool for company - Budha", "Traveling is about the journey not the destination - Anonymous", "Traveling brings love and power back to your life - Rumi".
Rabu, 11 November 2015
Sabtu, 17 Januari 2015
Pacu Adrenalin di Canopy Bridge, Bukit Bangkirai
Kawasan wisata Bukit Bangkirai merupakan kawasan wisata yang dikelola oleh PT. Inhutani I unit I Balikpapan. Jaraknya sekitar 3jam dari kota Balikpapan.Kawasan Bukit Bangkirai dengan luas 1,500ha merupakan hutan hujan tropis (tropical rain forest), konservasi hutan yang mempunyai peran penting untuk mengembangkan monumen hutan alam tropika basah.Kawasan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi wisata dan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan dan hutan. Pada tanggal 14 Maret 1998, 510 hektare dari kawasan ini diresmikan sebagai kawasan wisata oleh Djamalludin Suryohadikusumo, Menteri Kehutanan RI pada Kabinet Pembangunan VI. Kawasan wisata alam ini diberi nama Bukit Bangkirai karena dominannya pohon jenis Bangkirai yang tumbuh di kawasan hutan lindung ini. Pohon Bangkirai pun kemudian dijadikan maskot utama obyek wisata yang telah mendunia ini. Di kawasan ini banyak terdapat pohon Bangkirai yang berumur lebih dari 150 tahun dengan ketinggian mencapai 40 hingga 50 m, dengan diameter 2,3 m. Pertumbuhan banir (akar papan) yang besar dan kuat menjadikan pohon ini memiliki nilai keindahan tersendiri.
Canopy bridge |
Untuk menuju canopy bridge pengunjung harus melewati jalur/trek yang melintasi hutan dengan pohon-pohon besar yang sebagian besar berjenis bangkirai (Shorea Laevifolia). Banyak pohon-pohon tua di kawasan hutan Bukit Bangkirai yang diadopsi untuk dipertahankan kelestariannya. Nama orang yang mengadopsi dicantumkan pada sebuah papan. Unik ya! Pada awalnya memang terasa menyeramkan menaiki menara yang tingginya kurang lebih 30meter dari permukaan tanah. Ditambah terpaan angin, menara terasa bergoyang-goyang mengikuti arah angin. Menapaki kaki diatas jembatan tajuk juga tidak kalah mendebarkan jantung. tetapi sesampaiknya di canopy, pemandangan yang ditawarkan luar biasa indahnya. Panorama hutan hujan tropis terhampar luas.
Jenis-jenis fauna yang ada di kawasan Bukit Bangkirai adalah Owa-Owa (Hylobates muelleri), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung Merah (Presbytus rubicunda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Susvittatus), Bajing Terbang (Squiler) serta Rusa Sambar (Corvus unicolor) yang telah ditangkarkan. Saat saya disana beberapa ekor Owa-Owa menampakan diri malu-malu disekitar cacnopy bridge berada. Bagi pecinta alam dan fotografi, hutan ini eksotis sekali untuk direkam dalam gambar.
Pengumuman |
Balada Kumala, Pulau Cantik Tapi Terabaikan
Gapura Selamat datang |
Pulau Kumala terletak di Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Pulau yang berjarak hanya beberapa ratus meter saja dengan menyeberangi sungai Mahakam ini berada persis diseberang kantor Bupati. Saat saya berada disana Tenggarong tengah gencar mempromosikan potensi wisatanya melalui film yang berjudul "Erau" dan perhelatan akbar festival Erau yang akan diselenggarakan pada bulan Juni mendatang. Kabarnya festival Erau tahun 2015 akan mengundang lebih banyak lagi negara-negara yang memiliki kerajaan. Woww...sepertinya harus mulai menabung untuk datang kesana nih.
Ini bukti pohon yang ditanam pada mati |
Sangkar tanpa burung |
Cuma ini yang bikin saya senyum di P.Kumala |
KETIKA KEMATIAN MENJADI WISATA, DAYA TARIK TANA TORAJA YANG MENDUNIA
Sudah lama saya mendengar keunikan wisata di Tana Toraja. Ya
bagaimana tidak unik, jika daerah lain mengandalkan alam, kuliner atau belanja
sebagai pariwisatanya, Tana Toraja menawarkan wisata kuburan sebagai daya Tarik
wisatanya. Terlebih dengan upacara pemakaman mayat yang dikenal dengan sebutan
“Rambu Solok”. Upacara yang menelan biaya hingga miliaran juta ini selalu
menyedot perhatian wisatawan local maupun asing sehingga berduyun-duyun datang
ke Tana Toraja untuk melihatnya.
Si hitam yang harganya aduhai |
Dalam upacara rambu solok, keluarga yang berduka biasanya
memberikan persembahan berupa babi dan kerbau. Kerbau atau Tedong dalam
masyarakat Tana Toraja merupakan simbol status sosial. Rumah adat suku Toraja
yang disebut Tongkonan dihiasi dengan tanduk tedong. Semakin banyak tedong yang
dikurbankan, menandakan semakin tinggi status sosial pemiliknya. Pemilik rumah
memajang tanduk tedong dibagian depan tongkonan berderet dari atas hingga ke
bawah. Ada tiga jenis tedong yang biasa digunakan dalam upacara. Kerbau putih
atau tedong putih, kerbau hitam atau biasa disebut tedong saja dan kerbau
belang atau disebut Tedong Bonga. Diantara ketiga jenis kerbau atau tedong
tersebut Tedong Bonga menempati urutan puncak strata kerbau. Hasil iseng
bertanya ke penduduk lokal harga seekor Tedong hitam biasa berkisar Rp160 juta,
dan seekor tedong bonga konon harganya sama dengan sebuah mobil ferari, wooww....
fantastis!
Berangkat dari cerita keunikan upacara pemakaman Rambu
Solok, kuburan tebing, kuburan gua, tedong dan tongkonan saya menyusun rencana
pergi ke Tana Toraja. Hasrat hati seakan sulit dibendung, setiap kali melihat
gambar Tongkonan di internet, hati saya berdesir-desir seperti orang yang
sedang kasmaran, menunggu waktu untuk bertemu. Halahh!
Penampakan sleeper bus. Dilengkapi selimut dan guling |
Saya sengaja mengambil penerbangan sore hari agar tiba di
Makassar malam hari. Setiba di Makassar langsung bersiap menunggu bus Bintang
Prima dengan rute Makassar - Toraja. Perjalanan menuju Tana Toraja hanya dapat
ditempuh dengan menggunakan jalan darat saja. Bus menuju Toraja hanya tersedia 2
jam keberangkatan, pagi pukul 09.00 dan malam hari pukul 21.00 dengan lama
waktu perjalanan sekitar 9 sampai 10 jam. Tidak usah khawatir, perjalanan yang panjang akan terasa nyaman dengan sleeper bus yang setiap kursinya dilengkapi dengan sistem reclying seat yang bisa direbahkan hingga hampir 180 derajat dan fasilitas guling dan selimut karena AC busnya super dingin. Busnya pun bagus-bagus dengan pengemudi profesional yang sudah paham medan perjalanan menuju Tana Toraja. Bagi pejalan yang tidak memiliki
waktu banyak, sebaiknya mengambil jam keberangkatan malam agar tiba di Rantepao
pagi hari. Setiba di Rantepao, bisa mencari penyewaan motor yang terletak
didekat lapangan Rantepao. Gunakan rute yang efektif agar perjalanan maksimal dan
tidak ada yang terlewatkan.
Londa, makam didalam tebing batu |
Rute yang saya gunakan adalah mengunjungi obyek wisata
kuburan di Lemo terlebih dahulu. Ciri khas makam di Lemo adalah meletakan peti
mati didalam tebing yang dipahat membentuk ceruk. Terbayang tingkat
kesulitannya memahat tebing batu yang keras dan mengusung peti mati kedalam
tebing. Luar biasa sekali upaya yang dilakukan. Dibagian depan tebing tampak
beberapa Tau-tau atau boneka yang menyerupai orang yang sudah meninggal. Konon
profesi sebagai pembuat Tau-tau sudah semakin langka di Toraja. Hingga saat ini
hanya ada 2 orang saja yang terkenal keahliannya membuat Tau-tau. Oya, ternyata
tidak semua yang meninggal bisa dibuatkan Tau-tau. Hanya kalangan tertentu saja
yang diperbolehkan dibuatkan Tau-tau. Dari tebing makam, berjalanlah kearah jalan
setapak. Ikuti terus jalan tersebut, anda akan menemukan toko souvenir khas
Toraja yang letaknya cukup tersembunyi.
Boneka Tau-tau didepan pemakaman Londa |
Rute berikutnya mengunjungi obyek wisata kuburan di Londa yang terletak 7km di arah selatan kota Rantepao. Ciri khas pemakaman di Londa adalah meletakan peti mati
didalam gua. Pemakaman di dalam gua Londa ini dikhususkan bagi orang Toraja yang bermarga Tolengke, dan boneka Tau-tau yang terletak diatas gua Londa menandakan bahwa almarhum merupakan seorang bangsawan. Didalam gua beberapa peti mati bahkan sudah hancur dan menampakan
tulang belulang serta tengkorak kepala manusia. Londa merupakan tempat
pemakaman untuk leluhur suku Tolengke. Jika anda cukup berani, tidak ada salahnya
mengikuti pemandu gua masuk kedalam hingga ke ujung yang tersempit. Pengalaman
yang mendebarkan sekaligus menyenangkan. Pemandu akan menyorotkan sinar senter
untuk membantu kita melihat bagian dalam gua. Uniknya, saya tidak mencium bau
busuk mayat dan tidak terdapat tikus seekor pun padahal peti mati dan tulang
belulang berserakan dimana-mana. Keluarga peziarah biasanya membawakan minuman
untuk yang sudah meninggal. Minuman kemasan dalam botol tersebut ditinggalkan
didalam gua. Tadinya saya pikir itu sampah yang ditinggalkan oleh keluarga
peziarah ternyata itu merupakan sesaji bagi yang sudah meninggal. Pengetahuan
baru saya dapatkan dari tradisi unik suku Toraja.
Spot favorit para pejalan, berlatar Tongkonan! |
Selepas berziarah di Londa, arahkan kendaraan menuju Kete’
Kesu, obyek wisata paling popular di Tana Toraja. Letaknya di kampung Bonoran Sanggalangi, sekitar 4km dari Rantepao. Disinilah pusat makam Toraja dan rumah adat/Tongkonan yang terbesar lengkap dengan Alang Sura' (lumbung padi). Kalau anda
pernah membeli kartu pos Toraja dengan gambar Tongkonan, maka gambar tersebut
diambil dari deretan Tongkonan yang ada di Kete’ Kesu. Beberapa tongkonan memiliki deretan tanduk tedong dari atas hingga bawah. Terbayang ya, kalau satu tedong seharga 160juta berapa nilai Tongkonan dengan deretan tanduk tedong tersebut? Saya beruntung, siang
itu Kete’ Kesu belum dipadati pengunjung, jadi saya bisa mengambil beberapa
gambar Kete’ Kesu tanpa ada orang lain disana. Puas mengambil gambar Tongkonan,
langkahkan kaki ke arah makam. Ciri khas makam di Kete’ Kesu adalah di dalam
gua. Disalah satu sudut gua, terdapat 2
tengkorak kepala manusia. Pemandu wisata bercerita bahwa kedua tengkorak
tersebut adalah sepasang kekasih yang mati bunuh diri karena cintanya tidak
mendapat restu dari keluarga. Tidak ada aura mistis yang mengerikan didalam
gua. Yang terasa hanya udara gua yang terasa lembab. Pemandu gua mempersilahkan
pengunjung untuk mengambil foto-foto tengkorak yang ada didalam gua dengan
syarat tidak memindahkan tulang ataupun tengkorak. Saya sendiri sempat berfoto
dibelakang tumpukan tengkorak kepala, tapi sayangnya gambarnya agak goyang.
Sepertinya teman saya yang memotret agak nervous dengan tumpukan tengkorak yang
ada didepan muka saya hahahhaa agaknya diperlukan ketegaran hati untuk mengambil gambar disini.
Konon pernah ada turis asing yang iseng mencuri sebuah
tengkorak dan membawa pulang ke negaranya. Ternyata roh/spirit tengkorak mengikutinya
hingga ke negara asal dan terus menerus menghantui. Tengkorak kemudian dikirim
ke Indonesia, tetapi roh tetap tidak berhenti menghantui. Si turis kemudian
datang kembali ke Indonesia untuk mengadakan upacara dengan menyembelih seekor
kerbau dan babi, barulah roh/spirit berhenti menghantui. Saat ini tengkorak
yang dicuri disimpan kembali didalam museum.
Miniatur Tau-tau |
Di sekitar Kete’ Kesu banyak terdapat penjual cinderamata,
baik itu ukiran kayu, batik maupun patung kakek dan nenek Toraja. Uniknya di
Toraja ini semua patung berwajah orangtua. Saat saya tanyakan apakah ada alasan
tertentu mengapa patung hanya berwajah orangtua, penduduk disana tidak dapat
menjelaskan alasannya. Mungkin itu sudah menjadi semacam tradisi bagi mereka. Bila orang dewasa yang telah meninggal dimakamkan didalam
tebing atau gua, maka anak kecil yang belum tumbuh giginya dimakamkan didalam
pohon. Para tetua mempercayai bahwa getah pohon menjadi susu bagi bayi. Sayangnya karena keterbatasan waktu saya tidak sempat berkunjung ke
daerah yang memiliki pohon tempat menyimpan jasad anak kecil yang belum tumbuh
giginya. Sekarang ini bayi yang meninggal tidak lagi dikuburkan didalam pohon tetapi dibuatkan rumah kecil.
Minggu, 11 Januari 2015
Warna Warni Perjalanan di Tahun 2014
Tahun 2014 sudah berlalu. Tahun
yang Alhamdulillah penuh dengan berkah yang tak terhingga dari Yang Maha Kuasa.
Dalam setahun, apa yang saya alami memang tidak semuanya terasa berwarna ada
juga yang kelabu. Tetapi kalau dilihat kembali ke belakang, ternyata persentase
berwarna ceria lebih banyak daripada kelabunya. Mungkin juga itu cara Tuhan
memberitahu saya bahwa diperlukan berbagai macam warna untuk membuat pelangi
yang indah. Sayangnya tidak setiap perjalanan yang telah dilakukan saya buatkan
tulisan karena keterbatasan waktu dan balada penulis amatiran yang kerap kali mengandalkan
mood menulis. Berikut ini kaleidoskop kehidupan saya di tahun 2014, tahun yang penuh dengan
kejutan berwarna dan banyak jalan-jalan.
Januari
Lawang Sewu |
Tahun 2014 diawali dengan
perjalanan dinas ke kota Lumpia, Semarang Jawa Tengah. Tugas sebagai Training
Coordinator membuat saya cukup sering singgah ke kota Ini. Sambil menyelam
minum air, saya sempatkan wisata ke Pagoda Avelokitesvara Watugong untuk
melihat patung Budha tidur. Konon patung
Budha yang sedang tidur ini melambangkan sang Budha yang telah mencapai kesempurnaannya. Saya
juga mampir ke Kuil Ceng Ho. Meskipun sebelumnya saya sudah pernah berkunjung
ke kedua tempat ini, tapi gak ada salahnya datang untuk ke sekian kalinya
bukan?
Februari
Perjalanan dinas lagi ke kota
Semarang. Kali ini di akhir pekan saya sempatkan untuk melipir ke kota gudeg,
Jogjakarta. Kota favorit saya sepanjang masa. Saya dan rekan sekantor berniat menonton
Cabaret Show yang ada di toko batik Mirota lantai 3. Acaranya sendiri dimulai
pukul 19.00wib s/d 20.30wib. Tapi apa mau dikata, rencana gagal total karena
salah satu teman minta dimampirkan ke kota Sragen. Padahal arah kota Sragen dan kota Jogjakarta ternyata
bertolak belakang. Alhasil, malam itu saya dan teman tidak sempat nonton
Cabaret Show karena kami tiba di Jogjakarta pukul 23.30wib!! Daripada pulang
dengan sia-sia, kami putuskan untuk kuliner gudeg lesehan di Malioboro dan
makan wedang ronde di pinggir jalan. Ok, pengetahuan geografi saya bertambah
disni. Jarak Sragen dan Jogjakarta tidak searah, melainkan bertolak belakang.
Maret
Belajar membatik di museum
tekstil Jakarta. Membatik adalah seni kesabaran tingkat tinggi. Ternyata
membuat sehelai sapu tangan batik membutuhkan usaha yang cukup besar. Mulai
dari membuat pola dengan pensil, memberi lilin/malam pada motif/pola, proses
pewarnaan, pelorodan, pencucian dan penjemuran. Itu baru saputangan yang hanya
berupa sepotong kecil kain. Tak heran harga selembar batik tulis bisa mencapai
jutaan. Prosesnya gak mudah dan perlu waktu panjang.
April
Kembali bertugas ke kota
Semarang. Seolah gak kapok dengan kejadian bulan lalu, saya kembali melipir ke
kota Jogjakarta, kali ini solo traveling. Saya sempat makan di resto Raminten
yang punya nama-nama menu nyeleneh. Menu yang saya cicipi waktu itu ayam koteka
dan brongkos ayam, cukup lumayan rasanya, meskipun gak bisa dibilang fantastis
seperti judul menunya.
Mei
Harley Davidson |
Juni
Minggu pertama di bulan Juni
masih saya habiskan di Amerika Serikat. Selesai bertugas di USA, perjalanan
dinas lainnya sudah menanti saya, kali ini kota Denpasar, Bali. Kebetulan kantor
saya mau mengadakan training di Bali, sebagai Training Coordinator saya bertugas
melakukan survey dan kordinasi awal untuk kelancaran training yang nantinya
akan diadakan disana. Berhubung ini perjalanan dinas dan cuma 2 hari 1 malam
saja, saya hanya sempat belanja di toko oleh-oleh Krishna dan makan di bebek
tepi sawah yang berada tepat diseberang toko Krishna.
Juli
Kembali lagi ke kota Semarang.
Kali ini agak miris, karena saya melewatkan hari pertama Ramadhan sendirian,
tidak bersama keluarga. Sedih rasanya sahur
di hotel bersama orang-orang yang
tidak saya kenal. Rasanya pengen cepat pulang kerumah. Trip kali ini agak
kelabu menurut saya.
Agustus
view dibelakang Swiss Bell Hotel Jayapura |
Kota kedua yang dikunjungi
adalah Palu. Senasib dengan perjalanan di Jayapura, disini saya gak sempat
kemana-mana kecuali makan sop Kaledo yang konon menurut orang Sulteng, artinya
adalah sop Kaki Lembu Donggala. Kuliner penuh resiko buat yang punya
kolesterol. Sop ini berisi 2 potong tulang kaki lembu yang berisi sumsum. Cara
makannya dihisap dengan sedotan dan didampingi dengan singkong rebus. Unique
and dangerous for health!
Kota ketiga yang saya singgahi
adalah Makassar. Idem dengan Jayapura dan Palu, disini saya Cuma sempat
mencicipi kuliner Pallu Basa Serigala, Iga Konro Karebosi dan hang out sebentar
di Kampung Popsa. Tempat hang out anak gaul di Makassar yang lagi happening saat
itu.
Oya, di bulan ini perjalanan dinas saya ke Denpasar, Bali
karena satu dan lain hal dibatalkan. Kecewa sih karena saya sudah niat mau
reuni dengan teman-teman yang menjadi “keluarga baru” sewaktu di Amerika , tapi
saya yakin Tuhan lebih tahu apa yang terbaik buat saya.
September
Secret Zoo, Jatim Park 2 Batu, Malang |
September juga merupakan bulan
yang saya nanti-nanti. Road trip bersama keluarga besar ke beberapa kota di
Jawa Timur yang sudah dirancang sejak awal tahun! Selama itu saya mengumpulkan
berbagai informasi wisata di kota Malang, Batu dan Surabaya. Ini adalah perjalanan
bersama keluarga yang penuh kesan. Oya, saya sempat membuat dokumentasi yang
dibuat menjadi photo clip lho. Belakangan ini saya sedang keranjingan membuat
photo clip perjalanan. Daripada foto-foto hanya jadi koleksi laptop saja, dengan
sedikit kreatifitas saya buat photo clip dengan menggunakan program windows
movie maker. Buatnya gampang banget kok.
Beberapa clip saya buat versi yang lebih singkat untuk di upload ke
youtube. Jadi saya punya kenangan yang bisa dilihat kapan saja.
Oktober
Life is great if it shared |
Ada hadist mengatakan,
silahturahmi membuka pintu rejeki. Itu betul bangett…., memenuhi ajakan seorang
sahabat untuk berkumpul di Jogjakarta membuka pikiran saya untuk memulai bisnis
baju batik produksi sendiri. Kebetulan saya sering banget dioleh-olehi kain
batik yang cantik-cantik motif dan warnanya. Saya juga sempat ke kota Solo
berkunjung ke museum batik Danar Hadi dan wedangan di Tiga Tjeret.
Bulan ini saya juga sempat
mampir ke Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya sehabis arisan keluarga. Luar biasa membaca hasil visum et repertum
para pahlawan yang menjadi korban. Tidak terlihat rasa kemanusiaan dari apa
yang tertulis pada hasil visum. Saya juga sempat menonton kembali film G30S PKI
yang jaman dahulu menjadi tontonan wajib setiap malam tanggal 30 September.
Nopember
Akhirnyaa, Toraja!! |
Saat berkunjung ke kota
Makassar bulan Agustus lalu, diam-diam saya bersumpah dalam hati akan kembali
ke kota ini lagi untuk perjalanan pribadi. Nyesek rasanya sudah ada di kota
Makassar tapi gak sempat kemana-mana, padahal benteng Rotterdam hanya sejengkal
saja dari hotel tempat menginap (versi lebay).
Akhir bulan Nopember saya memutuskan kembali ke kota Makassar. Sepertinya memang
sudah rejeki saya, perjalanan ke Makassar diberi begitu banyak kemudahan oleh
Allah. Mulai dari tiket pesawat hasil tuker poin Garuda Miles, promo hotel Best
Western dari Citilink yang kasih rate Rp499,000 untuk 3D2N sampai kawan baru
yang jadi guide lokal selama di Makassar, keliling 3 pulau dan Tana Toraja.
What a bless! Ada beberapa artikel saya yang dipublish oleh detiktravel bisa di
klik linknya disini http://travel.detik.com/read/2014/12/27/130000/2786314/1025/mitos-belut-bertelinga-di-mata-air-tilanga-tana-toraja
Desember
Gadis Dayak yang cantik menyambut di pintu bandara |
Oya saya juga sempat ke pasar
malam yang bertempat di SP 4. Disini pasar hanya ada satu kali dalam sepekan
dan berpindah-pindah tempat. Pasar dibuka pada malam hari, dimana semua jenis
barang dagangan digelar mulai dari sayuran, buah-buahan, pakaian, jajanan pasar
hingga anak ayam dan bebek. Malam itu pasar agak sepi, rupanya di kampung sebelah,
SP 5 sedang menggelar acara dangdutan yang mengundang artis ibukota Cita
Chitata yang ngehits lewat lagu “sakitnya tuh disini”. Pantas saja pasar malam
yang digembar gemborkan paling ramai kali ini sepi pengunjung, rupanya calon
pengunjung pasar malam banyak yang membelokan langkah ke panggung dangdut.
Disini saya melakukan satu
langkah cukup besar dalam hidup. Belajar mengendarai motor! berhubung ada didaerah
yang cukup terisolasi dan jauh dari keramaian, saya cukup pede untuk belajar
menaklukan rasa takut saat mengendarai motor. Hasilnya sudah 2 hari ini badan
pegal-pegal terutama dibagian lengan, karena proses belajar mengendarai motor.
Canopy Bridge |
Sebelum mengakhiri perjalanan di Kalimantan Timur, saya berkunjung ke Desa wisata Pampang dan Bukit Bangkiray yang sudah masuk dalam daftar must visit. Melihat suku Dayak di Desa Pampang sudah lama saya inginkan. Hanya saja agak kecewa karena masyarakat lokal disana sudah terpolusi oleh money oriented. Agak shock juga berfoto dengan seorang Dayak, kami berempat dikenakan biaya 150ribu! aahh ngenes, kalau dibiarkan seperti ini khawatir ke depannya turis enggan untuk datang lagi. Pemda setempat perlu membenahi ini secepatnya.
Berjalan diatas canopy bridge menguji nyali dan memacu adrenalin. Berjalan diatas jembatan gantung dengan ketinggian 30 meter dari permukaan tanah bikin jantung berdesir kencang. Jembatan membentang antara satu pohon besar ke pohon besar lainnya. Sukses menaklukan canopy bridge, lutut terasa lemas sesampainya ditanah hehehehe
Heeyy ternyata kalau dibaca
dari awal sampai akhir, hidup saya colorful banget ya di tahun 2014 ini. Penuh
dengan jalan-jalan dan kejutan menyenangkan. Terimakasih ya Allah untuk semua
pencapaian di tahun 2014.Saya siap menyongsong tahun 2015 dengan semangat dan harapan-harapan
baru, dan tidak lupa tempat-tempat baru untuk dikunjungi! Semoga Allah
menganugerahi saya rejeki dan kesehatan supaya bisa terus jalan-jalan dan
berbagi cerita dengan kalian melalui travel blog ataupun stories di
detiktravel.
Thank you 2014!
Langganan:
Postingan (Atom)