|
Gapura Selamat datang |
Sebelum berangkat ke Kalimantan Timur, seperti biasa saya menyiapkan diri dengan amunisi berbagai informasi peta wisata dan kuliner. Nama Pulau Kumala ada di puncak daftar wajib kunjungan yang akan saya lakukan. Tidak banyak informasi menarik yang bisa saya dapatkan dari internet. Sepertinya obyek wisata yang satu ini belum terlalu populer dikalangan pejalan. Menuntaskan rasa penasaran, akhir Desember lalu saya berkesempatan berkunjung ke salah satu provinsi terkaya di Indonesia, Kalimantan Timur.
Pulau Kumala terletak di Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Pulau yang berjarak hanya beberapa ratus meter saja dengan menyeberangi sungai Mahakam ini berada persis diseberang kantor Bupati. Saat saya berada disana Tenggarong tengah gencar mempromosikan potensi wisatanya melalui film yang berjudul "Erau" dan perhelatan akbar festival Erau yang akan diselenggarakan pada bulan Juni mendatang. Kabarnya festival Erau tahun 2015 akan mengundang lebih banyak lagi negara-negara yang memiliki kerajaan. Woww...sepertinya harus mulai menabung untuk datang kesana nih.
|
Ini bukti pohon yang ditanam pada mati |
Pulau Kumala sebetulnya menyimpan banyak sekali potensi wisata, namun sayangnya kurang dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat. Banyak wahana-wahana yang tidak berfungsi sejak lama. Kendaraan shuttle yang bertugas mengantar wisatawan berkeliling sudah tua dan tak layak berfungsi sebagai kendaraan wisata, sementara itu, disebelah shuttle yang renta, parkir sebuah shutlle dengan warna kuning gonjreng mencolok mata. Sayangnya shuttle istimewa tersebut hanya dipergunakan untuk tamu-tamu penting saja, sementara wisatawan yang berbayar cukup diservis dengan kendaraan renta. Selain kendaraan, ada sangkar burung raksaksa yang berada di tengah pulau kosong melompong tanpa seekor burungpun didalamnya. Bangunan rumah adat dayak disana sini mulai terlihat rusak. Gazebo tempat simbol kebanggaan kabupaten dan kerajaan Kutai Kartanagara yang diberi nama Lembu Suana berdiri dengan gagahnya, mulai mengalami kerusakan. Lantai pecah dimana-mana. Program gerakan menanam sejuta pohon yang dilakukan di Pulau Kumala seperti sia-sia karena hampir semua pohon mati kering. Bahkan gong raksaksa yang seharusnya menggantung di tiangnya hanya tinggal angan-angan. Tinggal tiang saja tanpa gong. Supir shuttle di P. Kumala bercerita dengan nada pahit kekecewaannya terhadap pemerintah setempat saat ini yang membuat Pulau Kumala seolah mati segan hidup tak mau.
|
Sangkar tanpa burung |
Sangat disayangkan, Kalimantan Timur dengan kekayaan hasil tambangnya tidak bisa mengelola tempat hiburan bagi masyarakatnya. Seandainya pemerintah lokal mau memperhatikan fasilitas hiburan bagi masyarakatnya, justru akan menguntungkan daerah itu sendiri. Saya membayangkan jika P. Kumala dikelola seperti The Jungle atau Dunia Fantasy, tentunya masyarakat Tenggarong tidak perlu pergi ke Jakarta untuk membuang uang disana bukan? Semoga pemerintah setempat cepat menyadari bahwa menyediakan sarana dan prasarana hiburan bagi masayarakatnya merupakan umpan balik untuk meraih loyalitas mereka terhadap pemerintahan sekaligus mendorong roda perekonomian daerah. Miris juga mendengar ada hotel di P. Kumala tapi gak ada stafnya. Jadi pengunjung dipersilahkan menginap dengan syarat membawa makanan sendiri. Hellooww...., itu hotel atau camping ground? Saya berharap, kunjungan berikutnya ke Pulau Kumala, aneka wahana sudah mulai difungsikan, sangkar burung raksaksa sudah terisi, shuttle sudah berganti dengan yang lebih bagus dan semua fasilitas difungsikan dengan maksimal. Ayok dong Tenggarong, daerah lain yang tidak sekaya kalian semacam kota Batu di Jawa Timur saja pintar mengelola potensi wisata dengan adanya Jatim Park 1 dan Jatim Park 2. Atau kota Bogor yang kecil dan penuh angkot saja bisa punya The Jungle dan Jungle Land. Masa kalian cuma Pulau kosong melompong? Satu-satunya yang melegakan hati saya hanya diorama Putri Junjung Buih dan 2 ekor Naga yang terlihat seperti baru dicat. Well.....setidaknya ada sedikit hal bagus yang bisa dilihat oleh pengunjung.
|
Cuma ini yang bikin saya senyum di P.Kumala |
Banyak yang bisa dilakukan oleh pemerintah setempat. Mulai dari mengganti shutlle yang lebih layak, memperbaiki wahana-wahana yang ada, mengaktifkan kembali resort/penginapan, membuat food court, membuat souvenir shop dan masih banyak lagi deh. Sekian curhat saya tentang Pulau Kumala, tanpa bermaksud menjelekan pemerintah setempat saat ini karena semua yang ditulis sesuai dengan apa yang saya lihat.
sipp, makasih info nya ya
BalasHapusHaiii, makasih yaa sudah mampir ke blogku :-)
BalasHapus