Balek dusun kudai ai adalah
bahasa Pagaralam yang artinya balik ke kampung dulu ya. Ungkapan ini mewakili
perasaan rekan jalan (travelmate) saya yang sudah lama tidak pulang ke kampung
halamannya di Pagaralam. Dahulu kota Pagaralam dikenal dengan nama kota
Pahlawan, tetapi kini kota Pagaralam juga dikenal dengan sebutan kota Bunga.
Kota Pagaralam seluas 633,66 km2 memiliki
penduduk sekitar 126.181 kota ini baru mulai berkembang 10 tahun terakhir
ditandai dengan masuknya pendatang-pendatang dari pulau Jawa. Mayoritas
pekerjaan utama penduduknya adalah bertani. Bahasa yang digunakan dalam
percakapan sehari-hari adalah bahasa Besemah yang sekilas mirip dengan bahasa
Palembang karena memang masih serumpun.
|
Jalan berkelok tajam dan menanjak |
Tertarik oleh cerita keindahan
Pagaralam di Sumatera Selatan, saya segera searching kota Pagaralam melalui
internet. Ternyata keindahan Pagaralam bukan hanya sekedar isapan jempol
belaka. Hamparan kebun teh dan air terjun serta kulinernya membuat saya
terpikat dan tanpa ragu menyatakan keinginan untuk ikut pulang ke kampung
halamannya. Berbekal sederet informasi obyek wisata alam dan wisata kuliner
saya membulatkan tekad untuk menempuh perjalanan darat selama 24 jam. Liburan
ke Pagaralam adalah liburan yang tidak umum alias anti mainstream. Menuju
kesana betul-betul diperlukan niat yang bulat karena lokasinya yang tidak mudah
dijangkau.
Setelah survey melalui internet
dan berdiskusi dengan travelmate, kami putuskan untuk menggunakan bus executive
Sinar Dempo yang memiliki rute Jakarta – Pagaralam. Kota Pagaralam secara
geografis letaknya agak terpencil dan tidak memiliki lapangan pesawat terbang.
Jarak kota Palembang ke Pagaralam sekitar 7 sampai dengan 8 jam perjalanan
melalui darat. Rasanya percuma juga ya naik pesawat kalau harus menyambung
perjalanan darat selama 7 s/d 8 jam. Pertimbangan lainnya adalah view yang akan
kami dapatkan sepanjang perjalanan dari Lampung hingga ke Pagaralam.
|
Perairan selat Sunda |
Perjalanan bus executive Sinar
Dempo memakan waktu kurang lebih 24 jam dengan melakukan pemberhentian sebanyak
3 kali. Dari Jakarta, bus menyeberangi perairan selat sunda dengan menaiki
ferry penyeberangan. Berangkat dari Jakarta pukul 1 siang, bus mulai
menyeberangi Ferry pukul 15.30wib. Penyeberangan Merak ke Bakauheuni ditempuh
selama 3 jam. Perairan selat sunda tampak tenang dengan air lautnya yang
berwarna biru toska berpadu dengan langit biru dan awan yang berwarna putih
menimbulkan rasa tenang di hati. Aahh saatnya melepaskan kepenatan rutinitas
kantor dengan menatap maha karya sang Kuasa. Selama di kapal fery, kami berkesempatan masuk kedalam ruang kemudi dan bercakap-cakap dengan bapak asisten kapten kapal yang luar biasa ramah. Beliau mempersilahkan kami untuk melihat-lihat ruang kabin dan mencoba teropong yang biasa digunakan untuk memantau lalulintas di perairan.
|
Ojek nyentrik |
Senja mulai berganti malam saat
ferry menyentuh pelabuhan Bakauheuni. Perjalanan dari Lampung menuju Lahat kami
lalui dalam gelapnya malam. Supir bus Sinar Dempo beserta kru tampak sudah
hapal betul jalur yang mereka lalui. Buat anda yang gadget freak, gak usah
khawatir kehabisan baterai diperjalanan karena bus Sinar Dempo memiliki colokan
untuk charging gadget yang lokasinya disebelah tempat duduk supir. Tinggal info
ke kru bus, yang akan dengan senang hati membantu untuk charge gadget anda.
Oya, tips penting untuk anda yang akan ke Pagaralam dengan menumpang bus,
duduklah di barisan paling depan sebelah kiri karena selama perjalanan dari
Lahat menuju Pagaralam mata anda akan dihadiahi pemandangan cantik sawah,
bukit, sungai, ngarai dan jurang yang menganga lebar, oya bukit Serelo atau
yang dikenal dengan nama bukit jempol juga bisa terlihat jelas dari jalan. It’s
all worth breath taking! Sungai yang dilalui umumnya lebar-lebar dengan arusnya
yang deras mengalir. Beberapa sungai memiliki jembatan gantung diatasnya. Pas
untuk uji nyali bagi anda yang berjiwa petualang. Pukul 1 siang, bus tiba di pool
pasar Pagaralam. Rencananya kami dijemput setiba di pool, tetapi mata saya
terpaku pada kendaraan eksotis sejenis bajaj india. Segera saya merayu
travelmate agar tidak usah dijemput supaya bisa naik si bajaj unik yang
ternyata adalah jenis ojek di Pagaralam. Hahaayy kapan lagi bisa naik kendaraan
unik seperti ini.
GUNUNG DEMPO
|
hamparan kebun teh dengan latar gunung Dempo |
Setelah menyimpan barang-barang
dan bersih-bersih, kami segera menuju lokasi wisata pertama, gunung Dempo yang
termahsyur. Gunung dengan ketinggian 3159mdpl dipenuhi dengan hamparan kebun teh
milik PTPN. Sejauh mata memandang hanyalah puck-pucuk teh berpadu hawa sejuk
yang mengeluarkan aroma kesegaran. This is it! Oksigen murni tanpa polusi. Di
sekitar perkebunan banyak terdapat villa-villa bernuansa rumah kayu tradisional
Sumsel yang dapat disewa oleh pengunjung. Anda juga bisa bersepeda santai
dengan menyewa sepeda di penginapan. Bangun tidur membuka jendela dan
mendapatkan suguhan pemandangan hamparan kebun teh dengan latar gunung Dempo dan
oksigen murni adalah suatu kemewahan yang tiada tara. Maka nikmat Tuhan yang
mana lagi yang kamu dustakan?
CURUP MANGKOK
|
air terjun Curup Mangkok |
Masih satu lokasi dengan area
gunung Dempo, terdapat Curup Mangkok dengan ketinggian antara 3 – 5 meter.
Curup dalam bahasa Sumsel artinya air terjun. Disebut air terjun Mangkok karena
bentuk wadah atau dasar kolam tempat jatuhnya air terjun menyerupai mangkok.
Airnya jernih dan terasa sejuk menembus kulit. Konon katanya belum sah ke
gunung Dempo kalau belum mencuci muka di air terjun Curup Mangkok. Siapa takut,
wong airnya bersih dan terasa segar banget di kulit.
WISATA KULINER
|
kue Masubah |
Hari berganti senja, saatnya
hunting kuliner Sumsel yang terkenal kelezatannya. Pempek ikan, model, bebek
rica-rica, kue masuba, kue lapis ketan dan kerupuk kemplang adalah sekian
banyak jenis kuliner yang kami jajal saat itu. Oya aneka kue-kue basah khas
Sumsel tersebut bisa anda dapatkan di toko kue Linda yang terletak di jalan
Sersan Ali Aras. Kebetulan juga saat kami berkunjung dibulan Desember kemarin
buah durian sedang membanjiri kota Pagaralam. Durian asli Sumatera dengan
daging tebal, manis dan legit bener-bener bikin lupa diri! Lupakan diet,
nikmati hidup dan manjakan perut saat traveling adalah moto yang saya pegang
teguh hihihi
OLEH-OLEH
Wisata di Pagaralam kami tutup
dengan menyambangi toko Kirana yang terletak di Jalan Simpang Dusun Pagaralam untuk
membeli oleh-oleh untuk orang rumah dan rekan dikantor. Teh hitam Pagaralam dan
kopi adalah oleh-oleh wajib khas Pagaralam. Anda juga bisa dapatkan aneka
t-shirt, gantungan kunci, aneka asesoris dan kudapan ringan disini. Toko Kirana
ini lumayan lengkap dan harganya tidak terlalu mahal. Selesai berbelanja perjalanan
kami lanjutkan ke Bengkulu dengan menggunakan jasa travel dari Pagaralam.
Selamat tinggal Pagaralam, terimakasih untuk keramahan penduduknya dan keelokan
alamnya. Rasanya seperti mimpi bisa tiba ditempat seindah ini. Kota dengan
oksigen murninya yang sejuk dan nyaman, bikin enak makan, enak tidur dan lupa
sama kerjaan. Entah kapan lagi saya bisa kembali kesana. Semoga lapangan
udaranya bisa cepat terwujud ya, supaya kota Pagaralam semakin maju karena
aksesnya semakin mudah untuk dijangkau. Semoga lain waktu saya bisa balek dusun
lagi!
|
ki-ka: Ayu Nety, Emy, Ayu Neri dan saya |
Tak lupa saya mengucapkan terimakasih untuk sobat tercinta sekaligus travelmate Emy yang telah mengajak saya tinggal bersama sanak famili selama di Pagaralam. Bersama Ayu Nety, Ayu Neri dan Kaka Hendry saya mengenal kearifan lokal Pagaralam. Sebuah perjalanan bukan hanya untuk melihat keindahan semata, tetapi bagaimana kita mengenal, belajar dan menghargai kearifan setempat suatu daerah.