Hongkong
Victoria Peak |
Hari pertama tiba di Hongkong sudah hampir tengah malam. Dari Hongkong International Airport di Lantau Island, saya pergi menuju Hongkong Island dengan menggunakan MTR (sejenis MRT di Singapura). Guest House yang saya tempati berada di area komersil yang happening banget, namanya Causeway Bay. Guest House ini diapit oleh jejeran butik-butik ternama. Berhubung teman saya mau menjemput rekannya di airport, saya dipercaya untuk keliling sekitar Guest House sendirian dengan catatan: jangan sampai hilang arah ya. Jam 11 malam di Hongkong rupanya tidak mematikan semangat hang out warga Hongkong. Semakin malam malah semakin ramai. Sepertinya abege-abege di Hongkong sudah terbiasa gaul sampai larut malam. Banyak anak-anak remaja yang dandanannya modis-modis seliweran dijalan-jalan. Seneng banget, seperti masih sore aja rasanya. Saking keasikan jalan kesana kemari, akhirnya saya tersesat! luar biasaaa.... hari pertama tiba di Hongkong langsung nyasar. Saya mencoba menyusuri jalan, mengingat-ingat lokasi Guest House tetapi gak ketemu juga. Mungkin karena sudah lelah akibat perjalanan panjang dari Bogor menuju Hongkong (alasan aja ya) dan faktor panik (ini lebih tepat) saya melintasi jalan yang sama berkali-kali. Akhirnya Tuhan mengirim seorang warga Hongkong yang baik hati untuk menolong saya mengantarkan sampai ke tempat Guest House. Gak hanya itu, Jay (semoga spellingnya betul) juga menemani saya menunggu sampai teman kembali dari airport. Alhamdulillah... makin percaya kalau kita berbuat baik pasti ada yang akan menolong disaat kita susah. Oya, selagi nyasar sempet-sempetnya lho saya mampir ke Victoria Park yang terkenal itu. Konon katanya di Taman Victoria ini setiap hari Sabtu/ Minggu penuh oleh pekerja-pekerja dari Indonesia. Suasananya seperti di Indonesia banget deh, banyak yang berbicara dalam bahasa Jawa.
Salah satu dari 50 hal yang wajib dilakukan oleh seorang traveller adalah Harbour Cruise di Pelabuhan Victoria dari Central menuju Tsim Tsa Tsui dengan menggunakan double decker Shinning Star Fery. Sepanjang perjalanan sekitar kurang lebih 15 menit, penumpang disuguhi pemandangan gedung-gedung perkantoran di Hongkong yang menjulang tinggi. Suasananya lebih indah lagi dimalam hari karena lampu-lampu disetiap gedung menyala berwarna warni. Setiap pukul delapan malam, ada pertunjukan "Symphony of Light" dimana setiap gedung memainkan lampu-lampu gedung dan sinar laser secara bergantian. Pertunjukkan ini dinanti-nanti oleh banyak orang yang menyemut disekitar Avenue of Stars. Buat single traveller gak usah khawatir kesulitan mengabadikan keindahan pemandangan gedung-gedung tinggi dengan lampu-lampunya yang cantik. Dengan membayar HK$6 sudah bisa mendapatkan 1 buah foto ukuran 7R dengan background gedung-gedung indah. Jasa tukang foto ini tersedia disepanjang Star Avenue. Mereka sudah paham banget spot-spot yang bagus untuk diabadikan sebagai latar foto.
Hongkong kota yang luar biasa padat dan dinamis sekali. Setiap orang lalu lalang dengan gerakan yang cepat. Buat orang yang bertubuh mungil seperti saya, cukup kerepotan juga mengimbangi gerakan jalan mereka yang menurut ukuran saya, bukan "berjalan" tetapi "terbang!" Meskipun begitu, orang-orang Hongkong taat banget dengan aturan, utamanya ditempat umum. Menyeberang jalan dilakukan hanya jika lampu untuk pejalan kaki berwarna hijau dan tidak ada sampah dijalanan.
Selama di Hongkong untuk mempermudah transportasi, sebaiknya membeli kartu Octopus. Kartu Octopus adalah sejenis kartu yang bisa digunakan untuk naik MTR, fery, bis, kereta trem, menelefon atau bahkan membeli minuman. Kartu dengan nilai paling minimum harganya sekitar HK$150 atau setara dengan Rp180,000. Dengan kartu Octopus senilai HK$150, saya sudah bisa berkali-kali naik MTR, 3x naik fery (mumpung disini), naik bis (lupa berapa kali), naik kereta trem (2x) dan rasanya masih ada sisa saldonya tuh. Asik kan, daripada berkali-kali beli single journey ticket, merepotkan.
Selama di Hongkong, gak begitu banyak sih yang saya kunjungi. Lebih banyak mencoba berbagai macam alat transportasi disana. Mulai dari MTR, bis, feri, kereta trem dan taksi tentunya. Beberapa tempat yang sempat saya kunjungi selama di Hongkong adalah: Victoria Park (secara tidak sengaja akibat tersesat), Avenue of Stars, tempat artis-artis Hongkong diabadikan cap tangan dan nama mereka. Disini juga terdapat patung Master Kungfu legendaris, Bruce Lee. Victoria Peak yaitu tempat memandang kota Hongkong dari atas bukit. Cantik sekali pemandangannya. Lan Kwai Fong, kawasan yang happening banget untuk hangout dan cari makan. Di Lan Kwai Fong ini saya menemukan restaurant Thailand yang apik banget rasanya. Memang susah yaa kalau sudah hobi sama masakan Thailand. jauh-jauh ke Hongkong yang dicicipi malah masakan Thailand hehehee...
Dua hari berkeliling di Hongkong rasanya sudah cukup meskipun gak begitu banyak tempat-tempat wisata yang saya kunjungi. Paling tidak, saya sudah melakukan hal-hal yang wajib dilakukan seorang traveller jika berkunjung ke Hongkong. Apa saja itu? yang pertama: melakukan Harbour Cruise kemudian menyaksikan Symphony of Light, berkunjung ke Victoria Peak dan mengunjungi kawasan Star Avenue. Sisanya kapan-kapan lagi deh. Hari ketiga, saya berpindah tempat menuju Macau.
Macau, City of God
Tanggal 15 Juli 2005, UNESCO menjadikan Pusat sejarah Macau sebagai situs warisan dunia ke-31 di China. Pusat Sejarah Macau adalah sebuah lokasi di dalam kota kuno Macau yang meliputi 8 Square: Barra Square, Lilau Square, St. Augustine’s Square, Senado Square, Cathedral Square, St. Dominic’s Square, Company of Jesus Square dan Comões Square, dan 22 gedung bersejarah: Kuil A-Ma, Barak Moor, Mandarin’s House, Gereja St. Lawrence, Gereja dan Seminari St. Joseph, Teater Dom Pedro V, Perpustakaan Sir Robert Ho Tung, Gereja St. Augustine, Gedung ‘Leal Senado’, Kuil Sam Kai Vui Kun , Holy House of Mercy, Katedral, Mansion Lou Kau, Gereja St. Dominic, Ruins of St. Paul’s, Kuil Na Tcha, sebagian dari Tembok Kota Lama, Benteng Gunung, Gereja St. Anthony, Casa Garden, Pemakaman Protestant, dan Benteng Guia (termasuk Kapel Guia dan Mercu Suar). Daftar ini termasuk peninggalan arkeologi universitas bergaya barat pertama di Timur Jauh yaitu Universitas St. Paul, gedung-gedung yang masih berfungsi sesuai tujuan awal didirikannya seperti teater gaya barat pertama dan mercu suar modern pertama di China, dan contoh-contoh dari rumah-rumah milik mendiang pedagang-pedagang Qing. (sumber: http://id.macautourism.gov.mo/index.php?option=com_content&view=category&id=47&layout=blog&Itemid=76). Karena banyaknya situs religi bersejarah yang ada disini, Macau juga dikenal dengan sebutan City of God.
Perjalanan menuju Macau ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan kapal Ferry. Harga tiket dari Central Ferry Terminal menuju Macau Ferry Terminal adalah HK$150 untuk 1 orang. Saya tiba malam hari di Macau dan agak terlantar karena gak booking hotel sebelumnya. Hotel yang direkomendasikan dalam buku perjalanan ternyata sudah fully booked. Untungnya tidak jauh dari lokasi tersebut, ada Guest House yang masih memiliki sisa kamar untuk ukuran keluarga. Daripada gak ada sama sekali ya sudah diambil saja.
Roman Amphitheater, Macau |
Perjalanan menuju Macau ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan kapal Ferry. Harga tiket dari Central Ferry Terminal menuju Macau Ferry Terminal adalah HK$150 untuk 1 orang. Saya tiba malam hari di Macau dan agak terlantar karena gak booking hotel sebelumnya. Hotel yang direkomendasikan dalam buku perjalanan ternyata sudah fully booked. Untungnya tidak jauh dari lokasi tersebut, ada Guest House yang masih memiliki sisa kamar untuk ukuran keluarga. Daripada gak ada sama sekali ya sudah diambil saja.
Setelah meletakkan barang-barang, saya mencari makan malam di sekitar jalan menuju Senado Square. Entah gimana prosesnya, tiba-tiba saja saya menemukan restaurant Fat Siu Lau. Wah saya merasa beruntung sekali menemukan restaurant ini. Bukan hanya cita rasa masakan ala Portugisnya yang membelai lidah, tetapi sejarah restaurant ini luar biasa sekali. Ini menambah nilai restaurant Fat Siu Lau dimata saya.
Restaurant Fat Siu Lau adalah restaurant yang menyajikan menu barat ala Portugis. Restaurant ini pertama kali didirikan tahun 1903 di Trav. Do Matadouro, Macau yang kemudian di relokasi ke Rua da Felicidade tempat yang saya kunjungi malam itu. Tahun 2006, Restaurant Fat Siu Lau 2 didirikan di Lan Kwai Fong dan tahun 2009 Cafe Fat Siu Lau 3 didirikan di Rua do Regedor 181-185 R/C, Taipa, Macau. Menu spesial dari restaurant ini yang terkenal adalah Burung dara panggang (dengan ramuan bumbu rahasia yang sudah berusia 100 tahun), kari kepiting dan ayam Afrika. Saat ini restaurant Fat Siu Lau yang sudah berusia lebih dari 100 tahun dijalankan oleh generasi ke 3 dan ke 4 dari keluarga Mr. Wong Man Sing.
Berkunjung ke suatu negara/daerah rasanya gak lengkap kalau tidak mencicipi makanan khas setempat. Malam itu saya mencoba menu Ayam Afrika dan Portuguesse Vegetables Soup. Ayam Afrika merupakan ayam panggang yang diberi bumbu khas Afrika, disajikan dengan irisan buah peach, zaitun dan nenas. Sedangkan Portuguesse Vegetables Soup adalah sejenis sayuran yang terdiri dari kentang, kubis dan sayuran hijau dengan bumbu kari yang lebih ringan. Pokoknya sangat recomended untuk dicoba. Benar-benar beruntung menemukan restaurant bersejarah ini.
Selesai makan malam, saya berjalan menuju Senado Square. Malam itu meskipun sudah larut Senado Square masih ramai dipenuhi pengunjung. Menyusuri Senado Square dimalam hari sangat menyenangkan. Gedung-gedung tua terlihat romantis disinari lampu-lampu. Saya berjalan menyusuri hingga Ruin St. Paul. Waahh indah bangeeettt, suasananya benar-benar damai. Fasad Ruin St. Paul terlihat kokoh berdiri meskipun bagian belakangnya sudah tidak ada sama sekali. Ah saya harus kembali lagi besok siang untuk melihat Ruin St. Paul dalam keadaan terang. Sambil berjalan pulang kearah penginapan, saya menyempatkan diri melihat Hotel dan Kasino Lisboa yang terkenal itu. Waah rupanya banyak juga wisatawan yang malam itu sengaja berkunjung ke Avenida De Lisboa untuk melihat gemerlapnya lampu-lampu dari Hotel dan kasino Lisboa yang membuat atraksi tata lampu gedungnya. Cuma ada satu kalimat, luar biasa....
Pagi hari di Macau ternyata tidak sedingin di Hongkong. Cuaca Macau rupanya lebih bersahabat dan tidak terlalu windy. Tujuan hari ini adalah berkeliling kota Macau. Roman Amphitheater yang terletak di area Fisherman Wharf Macau, Avenidas da Amizade & Dr. Sun Yat Sen menjadi tempat pertama yang kami singgahi. Roman Amphitheater adalah bangunan multifungsi yang seringkali digunakan untuk berbagai event di Macau dan masih digunakan hingga saat ini. Menyusuri komplek Fisherman Wharf Macau juga mengasikan. Bangunan-bangunan yang ada didalamnya memiliki gaya Eropa neo klasik, rasanya saya seperti tengah berada di Eropa saat itu. Salah satu Kasino yang ada di dalam komplek Fisherman Wharf ini adalah Babylonia Casino yang memiliki arsitektur gaya Mesir kuno. Hmmm... jadi kepengen tau, apakah para petugasnya menggunakan kostum ala Mesir juga gak yah?
Siang itu saya juga mencoba rute bis yang rupanya mengarah ke Taipa dan tanpa sengaja malah menemukan cabang dari Cafe Fat Siu Lau ke 3. Kota Taipa nyaman sekali, rumah-rumahnya tertata dengan rapih bahkan sampai kedalam gang kecil sekalipun. Rasanya saya akan betah tinggal di kota ini. Sejuk dan damai banget terasanya. Menyenangkan duduk-duduk dibangku taman kota sambil menikmati pemandangan orang lalu lalang dan melihat deretan toko kue-kue khas Macau. Siang itu saya makan disalah satu restaurant Jepang yang ada di jejeran toko-toko kue. Saya baru menyadari kalau porsi makanan di Macau itu ternyata cukup besar. Jadi, pesan 1 porsi makanan cukup untuk dinikmati buat dua orang. Belakangan saya baru tau juga kalau Restaurant Monster Curry yang saya lihat dideretan toko-toko Taipa ternyata merupakan salah satu recommended resto oleh Claudia Kaunang dalam bukunya Hongkong, Macau, Shenzen. Ughhh nyeseeeel gak sempat nyoba, padahal sudah melihat restaurantnya.
Dari Taipa, saya kembali ke Macau untuk berkeliling bangunan bersejarah yang ada di Senado Square. Yang pertama saya kunjungi adalah Museum Philately Macau. Berkunjung ke museum ini mengingatkan masa kecil saya yang senang mengkoleksi perangko dan ikut bergabung dalam club philately. Koleksi perangko-perangko dan edisi sampul hari pertama yang dipajang bagus-bagus, menceritakan sejarah Macau pada jamannya. Dari museum saya beralih ke Gereja. Gereja St. Dominic adalah salah satu tempat pertunjukkan Macau International Music Festival (MIMF) yang diadakan tahunan. Walaupun memiliki masa lalu yang dramatis (konon katanya pernah terjadi pembunuhan yang dilakukan didepan altar gereja), Gereja St. Dominic kini berfungsi sebagai tempat hening dan berbagai pertunjukkan yang dihadiri oleh hampir setengah juta pecinta musik. Renovasi Gereja St. Dominic memakan biaya sebesar HK$1,000,000 dan biaya perawatan perbulannya sekitar 50,000 MOP (Macao Patacas).
Sambil berjalan menuju Reruntuhan Gereja St. Paul atau yang lebih dikenal dengan Ruin St. Paul, saya tergoda untuk mencicipi Egg Tart Macau yang konon katanya terkenal rasanya. Satu potong Egg Tart dihargai 7MOP dan memang benar, rasanya luar biasa. Perpaduan udara dingin dengan pastry hangat yang manis renyah terasa paaaass banget! Egg Tarts ini kue khas Macau yang jadi menu wajib para wisatawan Macau. Pergi ke Macau tanpa mencicipi Egg Tarts sepertinya belum sah. Gereja St. Paul dibangun pada tahun 1602 di samping Jesuit College of St. Paul's, universitas Barat pertama di Asia dimana para misionaris belajar tentang China sebelum bertugas di Ming Court di Beijing sebagai ahli astronomi dan ahli matematika. Konon gereja ini mengalami kebakaran sebanyak tiga kali dan hanya menyisakan dinding bangunan tampak depannya saja.Beberapa sisa-sisa puing bangunan ditempatkan dalam kotak kaca. Pengunjung juga dapat naik keatas Ruin St. Paul dan dari ketinggian gereja, saya dapat melihat gedung hotel Grand Lisboa. Sayangnya karena sudah terlalu sore, Museum Macau tidak dapat saya kunjungi karena jam operasinya tutup pada pukul enam sore. Hari itu saya tutup dengan makan malam di restaurant cepat saji McDonalds karena sudah terlalu malam dan tempat-tempat makanan lokal sudah tutup. Oya, belakangan saya baru tahu kalau didekat tempat penginapan yang saya tempati ada kafe namanya E-Nata. Konon Egg tart buatan kafe E-Nata terkenal paling enak di Macau. Sayangnya malam itu kafe E-Nata sudah tutup. Di Macau toko kue yang terkenal adalah Koi Kei Bakery. Sepanjang pengamatan saya, banyak banget orang menenteng tas plastik dari toko Koi Kei Bakery ini. Produk yang paling terkenal dari Koi Kei adalah Almond Cake (sebenarnya lebih tepat disebut cookies daripada cake). Koi Kei Bakery memiliki jaringan 13 outlet di Macau dan 3 outlet di Hongkong. Waah luar biasa yaa....
Aaah, hari terakhir di Macau. Rasanya saya gak ingin pulang dulu. Masih betah banget disini. Menghirup udara sejuknya yang bersih, berjalan-jalan dikotanya yang rapih atau sekedar duduk-duduk dibangku taman kota sambil melamun. Diam-diam saya menuliskan janji dalam hati kalau suatu saat saya akan kembali lagi ke tempat ini. Dan kali ini dengan persiapan yang lebih baik, sehingga tempat-tempat yang wajib saya kunjungi tidak terlewatkan. Buat teman-teman yang ingin berwisata ke Macau, beli deh bukunya Claudia Kaunang yang membahas soal perjalanannya ke 3 negara Hongkong, Macau dan China dengan budget dua juta rupiah (agak keterlaluan sih menurut saya, karena budgetnya mepet banget). Ulasan Claudia Kaunang untuk wisata di Macau cukup lengkap dan terperinci. Jangan lupa tambahkan informasi dari situs berikut: http://id.macautourism.gov.mo/index.php?option=com_content&view=category&id=47&layout=blog&Itemid=76 . Dengan perencanaan yang cermat, akan lebih menghemat waktu dan tenaga. Gak seperti saya yang bolak balik salah arah naik bis dan banyak tempat wajib yang terlewatkan. Gak apa-apa deh, ini artinya saya harus balik lagi kesana. Selamat tinggal Macau, saya senang berada disana. Someday saya akan kembali untuk menuntaskan tempat-tempat wajib yang terlewatkan dan mencoba naik becaknya. Macau diam-diam sudah memikat hati saya yang memang sejak dulu menyukai hal-hal berbau sejarah. Saya terkesan sekali dengan kota Macau yang banyak menyediakan fasilitas publik untuk warganya. Dimana-mana saya jumpai taman kota dilengkapi dengan bangku-bangku taman, bersih dan rapih. Ehya dengar-dengar saking makmurnya, pemerintah Macau setiap tahun memberikan angpao untuk warganya sebesar 7,000MOP! waaah baik sekali ya.
Saya kembali naik fery dari Macau fery Terminal menuju Kowloon Fery terminal (harga tiket HK$139), untuk kemudian terbang menuju Singapura (transit saja) dan lanjut ke Jakarta. Kok ribet banget siih? kenapa gak langsung aja Macau-Jakarta atau Macau-Hongkong-Jakarta? hehehe iya niih, salah beli tiket! hahahhaa.... what a trip!
Selesai makan malam, saya berjalan menuju Senado Square. Malam itu meskipun sudah larut Senado Square masih ramai dipenuhi pengunjung. Menyusuri Senado Square dimalam hari sangat menyenangkan. Gedung-gedung tua terlihat romantis disinari lampu-lampu. Saya berjalan menyusuri hingga Ruin St. Paul. Waahh indah bangeeettt, suasananya benar-benar damai. Fasad Ruin St. Paul terlihat kokoh berdiri meskipun bagian belakangnya sudah tidak ada sama sekali. Ah saya harus kembali lagi besok siang untuk melihat Ruin St. Paul dalam keadaan terang. Sambil berjalan pulang kearah penginapan, saya menyempatkan diri melihat Hotel dan Kasino Lisboa yang terkenal itu. Waah rupanya banyak juga wisatawan yang malam itu sengaja berkunjung ke Avenida De Lisboa untuk melihat gemerlapnya lampu-lampu dari Hotel dan kasino Lisboa yang membuat atraksi tata lampu gedungnya. Cuma ada satu kalimat, luar biasa....
Pagi hari di Macau ternyata tidak sedingin di Hongkong. Cuaca Macau rupanya lebih bersahabat dan tidak terlalu windy. Tujuan hari ini adalah berkeliling kota Macau. Roman Amphitheater yang terletak di area Fisherman Wharf Macau, Avenidas da Amizade & Dr. Sun Yat Sen menjadi tempat pertama yang kami singgahi. Roman Amphitheater adalah bangunan multifungsi yang seringkali digunakan untuk berbagai event di Macau dan masih digunakan hingga saat ini. Menyusuri komplek Fisherman Wharf Macau juga mengasikan. Bangunan-bangunan yang ada didalamnya memiliki gaya Eropa neo klasik, rasanya saya seperti tengah berada di Eropa saat itu. Salah satu Kasino yang ada di dalam komplek Fisherman Wharf ini adalah Babylonia Casino yang memiliki arsitektur gaya Mesir kuno. Hmmm... jadi kepengen tau, apakah para petugasnya menggunakan kostum ala Mesir juga gak yah?
Siang itu saya juga mencoba rute bis yang rupanya mengarah ke Taipa dan tanpa sengaja malah menemukan cabang dari Cafe Fat Siu Lau ke 3. Kota Taipa nyaman sekali, rumah-rumahnya tertata dengan rapih bahkan sampai kedalam gang kecil sekalipun. Rasanya saya akan betah tinggal di kota ini. Sejuk dan damai banget terasanya. Menyenangkan duduk-duduk dibangku taman kota sambil menikmati pemandangan orang lalu lalang dan melihat deretan toko kue-kue khas Macau. Siang itu saya makan disalah satu restaurant Jepang yang ada di jejeran toko-toko kue. Saya baru menyadari kalau porsi makanan di Macau itu ternyata cukup besar. Jadi, pesan 1 porsi makanan cukup untuk dinikmati buat dua orang. Belakangan saya baru tau juga kalau Restaurant Monster Curry yang saya lihat dideretan toko-toko Taipa ternyata merupakan salah satu recommended resto oleh Claudia Kaunang dalam bukunya Hongkong, Macau, Shenzen. Ughhh nyeseeeel gak sempat nyoba, padahal sudah melihat restaurantnya.
Dari Taipa, saya kembali ke Macau untuk berkeliling bangunan bersejarah yang ada di Senado Square. Yang pertama saya kunjungi adalah Museum Philately Macau. Berkunjung ke museum ini mengingatkan masa kecil saya yang senang mengkoleksi perangko dan ikut bergabung dalam club philately. Koleksi perangko-perangko dan edisi sampul hari pertama yang dipajang bagus-bagus, menceritakan sejarah Macau pada jamannya. Dari museum saya beralih ke Gereja. Gereja St. Dominic adalah salah satu tempat pertunjukkan Macau International Music Festival (MIMF) yang diadakan tahunan. Walaupun memiliki masa lalu yang dramatis (konon katanya pernah terjadi pembunuhan yang dilakukan didepan altar gereja), Gereja St. Dominic kini berfungsi sebagai tempat hening dan berbagai pertunjukkan yang dihadiri oleh hampir setengah juta pecinta musik. Renovasi Gereja St. Dominic memakan biaya sebesar HK$1,000,000 dan biaya perawatan perbulannya sekitar 50,000 MOP (Macao Patacas).
Macau Egg Tarts |
Aaah, hari terakhir di Macau. Rasanya saya gak ingin pulang dulu. Masih betah banget disini. Menghirup udara sejuknya yang bersih, berjalan-jalan dikotanya yang rapih atau sekedar duduk-duduk dibangku taman kota sambil melamun. Diam-diam saya menuliskan janji dalam hati kalau suatu saat saya akan kembali lagi ke tempat ini. Dan kali ini dengan persiapan yang lebih baik, sehingga tempat-tempat yang wajib saya kunjungi tidak terlewatkan. Buat teman-teman yang ingin berwisata ke Macau, beli deh bukunya Claudia Kaunang yang membahas soal perjalanannya ke 3 negara Hongkong, Macau dan China dengan budget dua juta rupiah (agak keterlaluan sih menurut saya, karena budgetnya mepet banget). Ulasan Claudia Kaunang untuk wisata di Macau cukup lengkap dan terperinci. Jangan lupa tambahkan informasi dari situs berikut: http://id.macautourism.gov.mo/index.php?option=com_content&view=category&id=47&layout=blog&Itemid=76 . Dengan perencanaan yang cermat, akan lebih menghemat waktu dan tenaga. Gak seperti saya yang bolak balik salah arah naik bis dan banyak tempat wajib yang terlewatkan. Gak apa-apa deh, ini artinya saya harus balik lagi kesana. Selamat tinggal Macau, saya senang berada disana. Someday saya akan kembali untuk menuntaskan tempat-tempat wajib yang terlewatkan dan mencoba naik becaknya. Macau diam-diam sudah memikat hati saya yang memang sejak dulu menyukai hal-hal berbau sejarah. Saya terkesan sekali dengan kota Macau yang banyak menyediakan fasilitas publik untuk warganya. Dimana-mana saya jumpai taman kota dilengkapi dengan bangku-bangku taman, bersih dan rapih. Ehya dengar-dengar saking makmurnya, pemerintah Macau setiap tahun memberikan angpao untuk warganya sebesar 7,000MOP! waaah baik sekali ya.
Saya kembali naik fery dari Macau fery Terminal menuju Kowloon Fery terminal (harga tiket HK$139), untuk kemudian terbang menuju Singapura (transit saja) dan lanjut ke Jakarta. Kok ribet banget siih? kenapa gak langsung aja Macau-Jakarta atau Macau-Hongkong-Jakarta? hehehe iya niih, salah beli tiket! hahahhaa.... what a trip!
Hey April, the efforts you put in, is like a travelog, t is not just normal blogging.
BalasHapusBut this takes alot of efforts, I really hope the readers appreciate this.
Well done!
I always considered HK as a city with no night, alot of services are like 24 hours services!!
Woww thank you for your comment. i take take that as a compliment. You are absolutely right, HK is a never sleeping city for me.
BalasHapusIt is more than a compliment, its an appreciation that you put so much efforts to provide the additional information apart from the researches you done to the story of the place you visited.
BalasHapusGreat information!