Tempat penting yang seringkali terlupakan untuk dikunjungi saat anda melancong keluar negeri adalah Kedutaan Besar yang mewakili negara anda. Padahal jika anda tertimpa musibah saat di negara orang, maka pihak Kedutaan Besarlah yang akan menjadi penolong anda.
Nah, selagi saya berada di Amerika maka kunjungan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia yang terletak di 2020Massachusetts Avenue N.W. Washington DC masuk kedalam agenda wajib kunjungan saya. Apalagi Brigjen Arief yang menjabat sebagai Atase Polri disana sudah membantu menyiapkan acara ramah tamah dengan Duta Besar Indonesia, Ambassador Budi Bowoleksono dilanjutkan dengan foto bersama dan ditutup makan siang dengan menu Asia. Rupanya beliau paham betul dengan kondisi para tamu-tamu Indonesianya yang akan berkunjung sudah rindu masakan tanah air terutama nasi :D
Bicara tentang Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amerika Serikat, kita patut berbangga hati sebab gedung yang dibeli pada tahun 1952 memiliki nilai historis yang tinggi dan termasuk gedung Kedutaan paling cantik. Interior gedung dengan langit-langit yang dilukis bak awan dan ukiran-ukiran kayu berdetail rumit dilengkapi tangga dengan patung 2 orang perempuan melengkapi kecantikan gedung ini. Gedung KBRI dikenal dengan sebutan Walsh Mansion. Gedung ini dibangun oleh Thomas J. Walsh seorang imigran dari Irlandia yang pindah ke Washington DC pada tahun 1898 dimana ia membangun Walsh mansion. Thomas Walsh wafat pada April 1910, rumah tersebut ditempati oleh anak perempuannya, Evalyn Walsh yang menikah dengan Edward Beale "Ned" McLean. Di tahun yang sama, McLean membelikan sang istri sebuah berlian yang diduga memiliki kutukan. Setelah membeli kalung berlian biru yang kemudian dikenal dengan The Hope Diamond, tragedi demi tragedi terjadi pada keluarga tersebut. Evalyn dan suaminya kehilangan anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun dalam sebuah kecelakaan mobil, McLean meninggal akibat serangan jantung dan anak perempuan mereka meninggal akibat over dosis obat tidur. Sejak kematian Evalyn 26 April 1947, Walsh mansion dijual kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia pada tahun 1952 senilai US$355.000 jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya pembuatannya yang mencapai US$850.000 di tahun 1903. Saat ini The Hope Diamond disimpan di George Washington monument.
Konon roh Evalyn sering terlihat di gedung yang pernah menjadi kediamannya. Banyak cerita-cerita mistis diseputar ruangan-ruangan yang ada di gedung KBRI ini. Tangga yang berada diruangan tengah kabarnya menjadi salah satu tempat dimana roh-roh halus sering menampakan diri. Waktu saya permisi untuk menggunakan toilet dilantai bawah, mereka meminta saya untuk cepat-cepat naik ke lantai satu. Meskipun tidak menjelaskan ada apa, tetapi dari raut wajahnya bisa saya simpulkan bahwa sesuatu yang kasat mata dan tidak menyenangkan terlihat diruangan paling bawah dari KBRI.
Barangkali saya termasuk yang beruntung karena diperkenankan mengintip ruang kerja Ambassador yang siang itu tidak bisa menemani makan siang bersama karena akan menjemput Bapak B.J. Habibie yang rupanya sedang bertandang ke Washington DC. Ruangan kerja yang luas dilengkapi dengan satu buah meja kerja kayu berukuran besar dan kursi kerja yang berbahan kulit warna merah marun dengan karpet warna senada menghiasi lantai tepat dibawah meja kerja. Satu perangkat sofa diletakan diseberang meja kerja untuk berbincang-bincang. Penataan yang apik dan pemilihan furniture yang tepat menjadikan ruangan ini enak untuk dilihat.
Ruangan kerja ini memiliki beberapa jendela yang tinggi-tinggi sehingga cahaya dapat menerobos masuk kedalam ruangan menjadikan ruangan terang dan terasa lebih hangat.
Mumpung Ambassador sedang keluar KBRI, saya manfaatkan untuk mengambil beberapa gambar diruangan istimewa ini. Kapan lagi, mumpung bisaa...hehehe
Selesai berkeliling gedung KBRI meskipun hanya dilantai satu saja, saya dan rombongan bersiap-siap makan siang dengan menu istimewa, asian cuisine! selesai makan, kami berpamitan dengan Brigjen Arief dan beberapa staf KBRI yang hari itu hadir untuk menyambut kami untuk melanjutkan acara jalan-jalan di seputar Washington DC. Terimakasih pak Arief atas undangannya!
Disekitar Washington DC banyak tempat-tempat wisata yang gak akan bisa dijelajahi dalam waktu singkat. Sayang banget, mengingat kami harus kembali ke Moyock, North Carolina yang berjarak sekitar 4 jam dari Washington DC, gak begitu banyak tempat yang bisa dikunjungi. Hanya beberapa lokasi wajib saja seperti The United States Capitol. Gedung yang didirikan tahun 1800-an dengan arsitek William Thornton itu menjadi kantor bagi anggota parlemen AS. Bangunan ini punya kubah besar bergaris di bagian tengahLincoln Memorial Park
Gedung lainnya yang kami sambangi adalah White House atau kediaman Presiden AS rumah bergaya Georgian yang menjadi tempat tinggal resmi para presiden AS sejak Presiden Kedua AS Johan Adams, tahun 1800. Jadi, selama 200-an tahun lebih, orang-orang nomor satu di negeri itu tinggal di sana, termasuk Barack Obama. Gedung ini dibangun pada masa presiden George Washington. Meskipun dibangun olehnya, tapi George Washington tidak pernah menempati gedung ini. Gedung ini juga pernah dibakar oleh tentara Inggris pada 1814. Pembakaran ini membuat Gedung Putih berwarna hitam. Setelah direnovasi, gedung ini kemudian dicat putih, sehingga orang menyebutnya Gedung Putih. Gedung Putih terletak di utara George Washington Monumen.
Bila Gedung Putih merupakan tempat bagi eksekutif beraktivitas, Capitol Building adalah tempat beraktivitasnya legislatif. Secara topografi, letak Capitol Building lebih tinggi daripada Gedung Putih. Ini melambangkan bahwa legislatif lebih tinggi dari pada eksekutif. Rakyat lebih tinggi dari pemerintah. Banyak tempat di Washington DC yang memiliki makna-makna simbolis seperti ini. Simbol-simbol ini umumnya menceritakan tentang sejarah Amerika. Unik ya ternyata penempatan gedung pun menjadi simbol-simbol yang memiliki arti tersendiri.
White House, Washington Monument, dan United States Capitol berdiri pada titik segitiga di jantung kota Washington DC. Pada jarak lurus antara Washington Monument dan United States Capitol, terdapat jalur besar yang biasa disebut National Mall. Dari jalur terbuka inilah, para wisatawan leluasa mengamati kota. Duduk-duduk disini sambil mendengarkan kicauan burung terasa amat menyenangkan. Satu hal yang agaknya sulit untuk didapatkan di Indonesia adalah banyaknya burung yang bebas berkeliaran di taman dan bahkan di jalan-jalan. Di Indonesia jangan harap burung bisa bebas bercengkrama di taman, pemburu-pemburu liar sudah barang tentu menyiapkan senapan angin atau jebakan buat menjeratnya.
George Washington Monument sendiri merupakan tugu yang paling dihormati oleh masyarakat Washington DC. Hal ini sebagai ungkapan terima kasih masyarakat Amerika terhadap mendiang presiden pertama Amerika, George Washington. Bentuk penghormatan ini, salah satunya adalah ketinggian gedung-gedung di Washington DC tidak boleh lebih tinggi dari George Washington Monument. Dan hal ini benar-benar ditaati oleh masyarakat Washington DC.
Gereja di pusat kota Washington DC |
Kota Washington DC sendiri memiliki sejarah yang menarik untuk dicermati. Washington DC (singkatan dari District of Columbia) didirikan tahun 1790. Kota pinggir Sungai Potomac ini didesain arsitek Perancis, Pierre Charles L’Enfant, sebagai ibu kota negara. Rancangannya bergaya Eropa abad pertengahan. Maka tidak heran jika tata kotanya banyak mengadopsi gaya Eropa dengan taman dan bundaran ditengah-tengah untuk membagi jalan. Gedung-gedungnya pun banyak mengadopsi gaya eropa Renaissance.
Washington DC memang bukan hanya pusat pemerintahan Amerika Serikat. Lebih dari itu, kota ini memang dirancang dengan nilai filosofi yang tinggi. Sebuah nilai yang ikut membangun negara ini ratusan tahun silam
Sebelum kembali ke North Carolina hari itu, satu yang tidak boleh dilewatkan adalah mampir ke "gudang" untuk berbelanja souvenir dengan harga super murah. Kawasan ini sebetulnya tempat penyimpanan barang/gudang tetapi pemilik gudang sekaligus membuka toko di gudangnya. Barang-barang yang dijual sama dengan yang dapat anda temui di seputaran Capitol Building dan kawasan wisata sekitar Washington DC tetapi tentu saja harganya jauh lebih miring. Malah kalau melakukan transaksi pembelian dalam jumlah lebih dari 3 buah mendapat diskon khusus. Sudah murah, dapat diskon pula! waaah bikin kalap orang Indonesia deh! hahhahaa...berita buruknya, konon kawasan gudang ini akan dipindahkan dari lokasi sekarang. Sekali lagi, keberuntungan masih menyertai kami. Well, sekalipun trip hari ini ke Washington begitu padat dan singkat tetapi tidak mengurangi makna mendalam yang didapatkan. Selalu menarik untuk mempelajari sejarah baik itu dari negara sendiri maupun negara lain. Sebagai penggemar wisata sejarah, bagi saya perjalanan ini sangat memuaskan.